Thursday, October 15, 2015

SI LALAT YANG KURANG BERSYUKUR (oleh : aguskarianto)

gambar : agus karianto
   
       Pagi itu, di bawah pohon mawar ada seekor lalat sedang bersedih. Berkali-kali si lalat terbang  sambil memperhatikan seekor lebah sedang menghisap makanan dari bunga-bunga yang sedang mekar. Si lalat heran melihat para lebah  makan kok sambil bernyanyi.                                                                                    Sepertinya mereka bekerja dengan perasaan senang. Lebah-lebah itu bergantian hinggap dari bunga yang satu ke bunga yang lain. Kemudian seluruh makanan itu dikumpulkan pada sarang-sarang lebah.

       Siang itu, ada seekor lebah nampak kelelahan. Saat membawa makanan tiba-tiba kepalanya pusing. Dia akan istirahat di bawah pohon. Ketika si lebah akan merebahkan diri, dia dihampiri oleh seekor lalat. Si lebah kaget dan berusaha terbang menjauh. Namun karena tubuhnya masih lelah maka sebagian makanan yang digenggamnya jatuh akan menimpa tubuh si lalat.                      Si lalat terkejut dan berusaha menghindar, namun terlambat. Tubuhnya tertimpa makanan yang dibawa si lebah.
 
        " Aduuuuhhh!!!" teriaknya si Lalat. Makanan yang berupa cairan nectar itupun membuat sayapnya basah dan dia tidak bisa terbang. Si lalat mencoba membersihkan tubuhnya dari cairan nectar tersebut dengan mulutnya.

     "Heemm....nyam..nyamm..nyammm....," nampaknya si lalat menikmati nectar yang menimpa tubuhnya.
     "Wuaahhh... ternyata rasa nectar ini enak dan manis sekali yaaaa ... pantas si lebah ramai-ramai mendatangi bunga yang sedang mekar itu," demikian pikir si lalat. Dan ketika nectar di tubuhnya telah habis, si lalat menghampiri si lebah.

       "Hoiii lebah....lancang sekali kamu menjatuhi tubuhku dengan makanan yang kau bawa?!" bentak si lalat.

        "Lho kenapa kamu memarahiku, Lalat?" tanya si lebah.
        "Eeee...kura kura dalam perahu. Kamu pura pura tidak tahu yaaa... kamu ini  telah berbuat salah tapi mencoba berlagak tidak tahu! Memang si pelaku kesalahan itu bila ketahuan berbuat salah selalu berusaha berlagak bodoh untuk menghindari tanggung jawab dari kesalahannya," jawab si lalat sambil berkacak pinggang di hadapan si lebah yang kelelahan tadi.

        "Sungguh aku tidak tahu kesalahanku, kawan!" kata si lebah.
        Lalu si Lalat berucap : "Aku tadi sedang istirahat, tetapi kamu telah menjatuhkan makanan yang kau bawa ke badanku? Itulah kesalahan fatalmu !Tubuhku jadi lengket semua! Perbuatan Itu tidak sopan. Perbuatan itu tidak beradab. Itu perbuatan dosa."
        "Waaaah, maaf aku kawan. Aku tidak sengaja melakukannya. Tadi saat aku terbang, badanku masih terasa lelah. Aku teledor membawa makanan tersebut, sehingga tidak sengaja sebagian terjatuh dan menimpa tubuhmu.. Maaf ya kawaaan! Sungguh aku tidak sengaja melakukannya."

        "Maaf..maaf...maaf...enak betul ucapanmu! Kamu gak boleh lari dari tanggung jawab, ya? Tidak bisa!!! Aku mau minta ganti rugi...aku mau minta keadilan !" kata si lalat. "Aku bisa memaafkanmu asal kamu bisa memenuhi dua permintanku."

         Si lebah kebingungan dengan sikap si lalat. Memberi maaf kok ada syarat-syaratnya. Namun akhirnya si lebah menuruti saja kemauan si lalat. Dia tidak ingin terjadi pertengkaran. Dia cuma ingin mendapatkan permintaan maaf si lalat, maka si lebah menyetujuinya.
        "Lalu apa kedua syaratnya itu, kawan ?" tanya si lebah.
        "Pertama, kamu harus menyerahkan semua makanan yang kamu bawa kepadaku."
         "Kemudian yang kedua kamu harus memindahkan  sengatmu ke tubuhku," kata si lalat.
          Si lebah terkejut mendengar permintaan si lalat. "Ini mustahil dilakukan," pikir si lebah.
          Si lebah semakin kebingungan. Ia tidak tahu harus berbuat apa untuk memenuhi permintaan si lalat. Memindahkan sengat ke tubuh si lalat adalah suatu perkara mustahil yang sulit dilakukan. Mustahil. Mustahil!!! Tidak akan pernah terjadi.
           "Hei...malah bengong!" bentak si Lalat. "Kamu jangan terlalu banyak mikir ya. Ayo segera laksanakan permintaanku agar aku bisa memaafkanmu."

         Saat si lebah kebingungan menghadapi persoalannya, tiba-tiba muncullah si kancil. Si lebah merasa senang. Lalu dia menceritakan persoalannya serta berusaha meminta saran si kancil untuk bisa menyelesaikan permasalahannya.

         "Baiklah, kawan-kawan...," kata si Kancil. "Aku jangan diganggu. Aku mau berdo'a minta petunjuk Tuhan untuk menghadapi permasalahan kalian," kata si kancil. Lalu si kancil mulai berdo'a.
         Selesai berdo'a, lalu si kancil berkata kepada si lalat.
         "Memasang sengat lebah ke tubuhmu memang perkara sulit. Kamu harus ikut membantu si lebah melakukannya. Oleh karena itu, sekarang kamu harus berada di tengah tanah lapang dengan posisi menungging. Kamu tidak boleh bergerak sedikitpun. Apapun yang terjadi kamu harus tetap dalam posisi menungging agar si lebah bisa memasang sengatnya ke tubuhmu. Bagaimana? Kamu siap?" kata si kancil kepada si lalat. Si Lalat cuma bisa meangguk anggukan kepalanya tanda setuju.
        "Baiklah....aku percaya kepadamu, Kancil!" kata si lalat lalu terbang ke tengah tanah lapang dan mulai mengambil posisi menungging.

         Si lebah semakin kebingungan. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Ada cara licik apa lagi yang akan si Kancil lakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Lalu si kancil mulai membisiki si lebah untuk melakukan perintahnya. Si lebah tersenyum mendengar saran si kancil. Lalu si lebah mulai terbang tinggi. Dan dengan kecepatan tinggi dia terbang menghampiri si lalat yang sudah mengambil posisi menungging.
         "Crabbbb....sreeettttt...."
         "Aduuuuuuuuhhhhh sakiiitttt...aduuuhhh...sakiiittttt...sakiiittt....!!" teriak si lalat sambil lari tunggang langgang merasakan sakit di pantatnya akibat disengat lebah. Rupanya si kancil ingin memberi pelajaran si Lalat bahwa keserakahan bisa mencelakakan dirinya sendiri. Tidak mungkin sengat si lebah dipindahkan ke tubuh si Lalat karena itu sudah ketetapan Allah.
         "Kasihan si lalat....akibat keserakahan dan kurang bersyukur dengan apa yang dimilikinya akhirnya menuai akibat dari perbuatannya sendiri. " kata si kancil sambil berjalan melanjutkan perjalanan.

                                                                      selesai


moral cerita : bersyukurlah dengan apa yang telah dikaruniakan Tuhan kepadamu
                       jangan berusaha iri dengan apa yang telah dimiliki temanmu
                       Belum tentu apa yang dimiliki temanmu itu baik buat dirimu sendiri.




1 comment:

  1. Cek juga disini untuk cerita menarik lainnya
    https://ponselharian.com/lcgGm

    ReplyDelete