Thursday, November 1, 2012

KISAH KURA-KURA DAN GAJAH (diceritakan kembali oleh : aguskarianto)

           Siang itu, udara sangat panas. Tahun ini kemarau begitu panjang. Banyak air sumur, air sungai bahkan mata air yang sudah mengering. Air di kubangan tempat hewan-hewan minum juga sudah mengering. Akibatnya, Banyak hewan yang mati kehausan.

          Tidak jauh dari kubangan air yang sudah mengering ada seekor kura-kura yang terperosok ke dalam lubang. Lubang itu sangat dalam. 
          "Sialan, kenapa aku bisa terperosok di sini?" kata si kura-kura sambil berusaha merangkak keluar dari lobang. Namun, usahanya selalu gagal. Setiap kali ia berhasil melompat ke sebuah batu sebagai tumpuan akhir agar ia bisa keluar dari lobang, tubuhnya selalu terpelanting masuk ke dasar lobang lagi.
          "Wah, gawat kalau sampai malam aku masih di sini," pikir si kura-kura. "Kalau mengharapkan bantuan teman-teman rasanya mustahil. Bukankah mereka sudah banyak yang mati kehausan."
           Akhirnya si kura-kura pasrah. Dia duduk bersandar di pinggir lobang sambil terus berdo'a, mudah-mudahan ada teman yang datang membantu mengeluarkannya dari dalam lobang.
           Dan tidak berapa lama kemudian, ada seekor gajah lewat dekat lobang. Dia menoleh ke kiri dan kekanan. Sepertinya si gajah sedang mencari sesuatu. Namun betapa terkejutnya, ketika dia melongok ke dalam lobang ternyata ada seekor kura-kura sedang mengais-ngais tanah yang nampak berair.
           "Aneh," pikir si Gajah. "Kenapa si kura-kura berada di dalam lobang? Apa yang dikerjakannya di dalam lobang?"
         "Assalamu'alaikum. kura-kura," sapa si Gajah. "Kenapa kamu ada di situ, kawan?"
          Si kura-kura sebenarnya sudah mengetahui kedatangan si Gajah. Akan tetapi, ia berusaha menyembunyikan kesedihannya karena tidak bisa keluar dari dalam lobang. Ia pura-pura menggali tanah, lalu membasahi tanah tersebut dengan air kencingnya sendiri.
         "Wa'alaikumussalam, Gajah," jawab si kura-kura. "Aku lagi sibuk, nih." lanjut kura-kura sambil terus pura-pura menggali tanah di sekitarnya.
          Si Gajah terus memperhatikan aktifitas si kura-kura.
         "Iya, kamu lagi ngapain di dalam sana, kura-kura?"
         Si kura-kura senang rupanya si gajah mulai penasaran dengan aktifitasnya.
         "Begini, Gajah," kata si kura-kura. "Aku di sini sebenarnya sedang menggali sumur. Aku kasihan melihat banyak teman kita yang mati kehausan. Aku pikir bahwa hanya dengan menggali sumur inilah salah satu cara untuk bisa menyelamatkan teman-teman kita dari bencana kekeringan."
         "Tapi....bukankah sumber mata air kita tidak keluar airnya. Lalu, mana mungkin di lobang ini ada airnya?" tanya si Gajah agak penasaran.
         "Eitssss...jangan bilang begitu, teman," kata si kura-kura mulai menyusun siasat mengelabui si gajah. "Tidakkah engkau lihat tanah yang kuinjak sekarang ini mulai basah. Itu artinya, aku telah menemukan sumber mata air. Sepertinya jumlah air di dalamnya cukup banyak. Dan tidak lama lagi aku akan memiliki cadangan air yang banyak. Cihuiyyyyy....." lanjut si kura-kura sambil menari dan menyanyi kegirangan.
         Si gajah rupanya tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan si kura-kura hanyalah tipuan saja.
         "Hoi, kura-kura. Bolehkah kita bekerjasama mendapatkan sumber air tersebut?"
         "Hai..hai..hai...apa maksudmu, gajah?"
         "Hemmm....aku ingin membantumu mengeluarkan mata air itu...asalkan aku nanti mendapat jatah air juga."
         Si kura-kura pura-pura berpikir. Dia berjalan mengitari lobang sambil mengangguk-anggukan kepala. Kemudian ia berteriak dan menyetujui usulan si Gajah.
         "Okeylah, Gajah," kata si kura-kura. "Begini kawan, sumber mata air itu ada di bawah batu yang kuinjak ini.  Aku hanya perlu sedikit air agar batu ini bisa tenggelam. Nah, biasanya kamu khan menyimpan cadangan air di mulutmu. Bolehkah kamu keluarkan air tersebut untuk menenggelamkan batu itu? Nah... kalau batu itu terlepas maka sumber mata air akan terbuka dan kita bisa memiliki banyak cadangan air."
        Sebenarnya si Gajah mulai ragu dengan rencana si kura-kura. Dia  keberatan apabila harus mengeluarkan cadangan air dari mulutnya. Sebab cadangan air tersebut akan diberikan kepada anak-anaknya.
        "Tapi....benarkah di dalam sana ada sumber air? Kalau tidak ada bagaimana, kura-kura?" tanya si gajah.
        "Wah ...kamu kok jadi ragu begitu? Ya sudahlah...tidak usah bekerjasama denganku. Biarlah sumber air ini aku miliki sendiri saja..."
         Si gajah semakin bingung. Kalau ia menyetujui rencana si kura-kura maka cadangan air untuk anak-anaknya akan hilang. Bila ternyata sumber air itu tidak ada tentu anak-anaknya akan kehausan karena tidak mendapatkan air minum. Namun, bila ia menolak rencana si kura-kura maka ia akan lebih menderita karena si kura-kura tidak akan memberikan jatah airnya. Dan ia harus berjalan jauh untuk mendapatkan air minum.
        "Iya dech...aku setuju dengan rencanamu , kura-kura," kata si gajah. Lalu dia menyemprotkan cadangan air minumnya ke dalam lobang. Serrrrrrrrrrrtttttttt.....
         Si kura-kura merasa senang, sebab rencananya berhasil. Air yang disemprotkan si gajah cukup banyak. Ketika air telah mencapai permukaan batu, tiba-tiba si kura-kura secepatnya berenang menuju permukaan batu. Lalu, dengan sekali lompatan ia telah berhasil keluar dari dalam lobang. Kemudian, tanpa memperhatikan si gajah ia berlari sekencang-kencangnya untuk melarikan diri.
         Si Gajah terkejut. Ia segera menghentikan menyemprotkan air. Rupanya ia sadar bahwa  si kura-kura telah menipu dirinya. Si kura-kura telah mendustainya.Si kura-kura telah membohonginya.
         "Hoi....mau lari kemana penipu !!!" teriak si gajah sambil mengejar si kura-kura yang telah menghilang di tumpukan bebatuan. Dia terus berusaha mencari  ke sana kemari, namun si kura-kura telah menghilang.
         Si gajah akhirnya pulang sambil menahan kekecewaan. Dia sadar telah ditipu kura-kura. Dia seharusnya tidak menghambur-hamburkan air minum di saat musim kemarau datang. Dia seharusnya tidak mudah tertipu dengan menghambur-hamburkan air minum yang tidak ada manfaatnya. Di saat musim kemarau, setetes air nilainya lebih tinggi daripada nilai segumpal emas.


selesai

sumenep, 1 Nopember 2012

moral cerita : Jangan mudah tertipu dengan iming-iming melebihi apa yang telah kita miliki. Bersyukurlah
                     dengan apa yang Allah swt berikan kepada kita. Jangan mengejar sesuatu yang masih  dalam
                     angan-angan sehingga melupakan sedikit yang telah kita dapatkan sesuai keperluan kita.


1 comment:

  1. pesan yang tersirat didalam dongeng tersebut sangat memerikan pelajaran kepada seluruh umat manusia,agar kita bersyukur dengan apa yang kita dapat.

    ReplyDelete