ilistrasi : aguskarianto |
Malam itu, kura-kura sedang bersedih. Dia kalah berdebat
dengan anak si burung pipit. Sejak pagi hari ia mengajari anak si burung pipit belajar
terbang. Si kura-kura senantiasa membacakan buku cara praktis agar si burung
pipit bisa terbang. Namun, setiap kali si burung pipit mempraktekkan selalu
gagal. Setiap kali anak si burung gagal terbang membuat si kura-kura marah-marah.
Akhirnya, lama kelamaan si burung pipit jengkel dan mencoba melakukan terbang
sesuai dengan kemampuannya sendiri. Dan akhirnya berhasil.
Melihat si anak
burung pipit bisa terbang membuat Si kura-kura berteriak kegirangan. Dia mengira
si burung pipit bisa terbang karena menjalankan perintahnya.
“Horeee...hore...bagus..bagus..”
teriaknya. “Akhirnya dengan petunjukku
kamu bisa terbang, kawan.”
Si burung
pipit tersenyum. “Apa? Dengan petunjukmu?” kata anak si burung pipit. “Ternyata
semua teorimu tidak masuk akal. Teori itu membuat aku senantiasa gagal terbang.
Ternyata teori tidak sama dengan prakteknya, kawan.”
“Tapi...kenyataannya
kamu bisa terbang khan?” kata kura-kura.
“Benar, tetapi aku menggunakan kemampuanku
sendiri dan tidak menggunakan teorimu,” bantah anak si burung pipit. “Dadaaaa...selamat
tinggal, kawan...kalau kamu ngotot dengan kebenaran teori itu silahkan
praktekkan untuk dirimu sendiri dulu baru mengajari temanmu yang lain.” Kata anak
si burung pipit sambil terbang jauh meninggalkan kura-kura sendirian.
Si kura-kura terdiam. Lama dia merenungkan kata-kata anak si burung pipit. “Baik, aku
akan mempraktekkan teori ini dahulu baru aku akan menjadi guru terbang yang
terkenal,” kata si kura-kura malam itu. “Tapi bagaimana bisa melakukannya? Aku
khan tidak mempunyai sayap? Lalu bagaimana aku bisa mendapatkan sayap?”
Tiba-tiba di
balik pohon tempat dia bersandar ada beberapa buah kepompong yang senantiasa
bergerak-gerak. Sikura-kura terus memperhatikannya. Dan tidak
lama kemudian dari masing-masing kepompong keluarlah si kupu-kupu sambil
mengepak-kepakkan sayapnya. Lalu, mereka satu persatu terbang menjauh.
“Wow, akhirnya
aku dapat ide. Aku mau mencoba mendapatkan sayap juga ah. Kalau aku bisa masuk
ke dalam kepompong ini aku akan bisa terbang juga. Tidak seperti diriku yang seperti
sekarang.” pikir si kura-kura. Lalu ia berjalan menghampiri kepompong yang
telah ditinggalkan kupu-kupu. Tidak lama kemudian, ia menutupi kepalanya dengan
rumah kepompong. Selanjutnya ia duduk di bawah pohon sambil menunggu datangnya
sayap seperti yang dimiliki si kupu-kupu.
Berhari-hari
si kura-kura menunggu datangnya sayap namun tidak kunjung datang juga. Bahkan
dia rela menahan lapar dan haus demi mendapatkan sayap seperti kupu-kupu. Semakin
hari tubuhnya lemah dan lemas. Lalu pingsan.
Di kejauhan,
beberapa hewan tertawa terbahak-bahak melihat ulah si kura-kura.
“Untuk apa
kamu menyiksa diri seperti itu, kawan?” tanya si Kancil.
“Diam, kamu Cil
jangan mengganggu aku bertapa!” bentak si kura-kura.
“Bertapa?! Untuk
mendapatkan sepasang sayap seperti kupu-kupu?” jawab si Kancil. Betapa terkejut si kura-kura ternyata si kancil mengetahui maksudnya. “ Sungguh sia-sia
kamu melakukan itu. Sampai kiamat pun kamu tidak akan mendapatkannya”
“Jangan
menggurui aku, cil...aku sudah menyaksikannya kalau kita bisa masuk rumah kepompong
ini maka kita akan diberi sepasang sayap
seperti kupu-kupu.”
“Sungguh bodoh
kamu, kura-kura! Banyaklah membaca buku agar kamu tidak semakin bodoh! Dengan
banyak membaca buku maka wawasanmu akan semakin luas dan kamu tidak mudah
dibodohi teman-temanmu” kata si kancil. “Si kupu-kupu bisa mempunyai sayap
memang sunatullahnya seperti itu. Nah, hewan lain tidak bisa melakukannya.”
“Tapi aku ingin
membuktikan teori terbang yang ada di dalam buku ini. Aku malu kalau dikatakan
aku cuma bisa berteori saja tanpa bisa mempraktekkannya. Nah, untuk bisa
mempraktekannya khan aku harus memiliki sayap.”
“Hahahahaha...bisa
saja kamu dibodohi anak si burung pipit.” Kata si kancil. “Memang sebaiknya
begitu...tapi setiap hewan memiliki kemampuan yang berbeda. Setiap hewan
memiliki cara hidup yang berbeda. Dan semua memiliki kelebihan sendiri-sendiri.
Nah, itulah fungsinya kalau kamu banyak wawasan dengan banyak membaca.
Wawasanmu tidak sempit dan picik sehingga mudah terombang-ambing pendapat teman-temanmu.”
Dijelaskan si
kancil juga bahwa selamanya tidak mungkin kura-kura akan menjadi kupu-kupu
sebab semua sudah diatur oleh Allah swt. Lebih baik mensyukuri apa yang kita
miliki. Jangan berusaha ingin meraih apa-apa yang telah dimiliki teman kita.
Akhirnya si kura-kura sadar dan mengakui kekhilafannya. Kini dia mulai mencoba mensyukuiri apa yang telah dimiliki sambil mulai mencoba meningkatkan wawasan hidup dengan
banyak-banyak membaca buku agar dirinya tidak bodoh serta mudah dibodohi teman.
selesai....
moral cerita : banyak membaca buku akan memperluas wawasan kita
.
bagus dongengnya kak..salam kenal
ReplyDelete