Gambar : agus karianto |
Dahulu kala, sang Bangau dan Kodok buduk berteman akrab. Kemanapun sang bangau pergi tentu si Kodok buduk turut serta. Dimana ada sang bangau pasti di sana ada si kodok buduk. Dalam hal pembagian makanan mereka senantiasa berbagi bersama. Setiap kali sang bangau mendapatkan makanan maka si kodok buduk akan mendapatkan jatah makanan. Hal ini berlangsung setiap hari. Namun, sang bangau terkadang merasa jengkel karena selama ini si kodok buduk tidak pernah berbagi makanan dengan sang bangau. Si kodok buduk merasa bahwa tanpa harus susah-susah bekerja dia senantiasa mendapat jatah makanan dari sang bangau. Akhirnya, lama kelamaan kebiasaan ini membuat si kodok buduk menjadi pemalas. Dia senantiasa menggantungkan hidupnya kepada sang bangau.
Sang bangau sering mengingatkan kodok buduk agar tidak menjadi pemalas. "Kamu harus mencoba berusaha mencari rejeki sendiri. Berapapun besarnya rejeki yang kau dapat itu lebih mulia daripada kamu menjadi pemalas dan menggantungkan hidupmu pada pihak lain," demikian antara lain nasehat sang bangau kepada si kodok buduk. Namun semua nasehat sang bangau sama sekali tidak didengarkan si kodok buduk. Bahkan semakin lama si kodok buduk makin menjadi pemalas. Dia lebih suka tidur-tiduran di rumah sambil menunggu jatah makanan dari sang bangau. Hal ini membuat sang bangau menjadi jengkel. "Aku akan memberi pelajaran si kodok buduk," pikir sang bangau.
Siang itu, sang bangau sengaja tidak pulang ke rumah. Setelah mendapatkan beberapa ikan di tambak, makanan itu sengaja dihabiskan dipematang tambak sampai tidak tersisa. Ketika menjelang petang, sang bangau sengaja pulang ke rumah tanpa membawa makanan sepotongpun . Nah, saat melihat sang bangau pulang membuat si kodok buduk merasa senang sebab sejak pagi perutnya merasa lapar. Tidak ada sepotong makananpun yang masuk ke perutnya. Namun betapa kecewanya si kodok buduk karena ternyata sang bangau pulang tidak membawa makanan sepotongpun.
"Aduuuhhh....kamu pulang kok tidak membawa makanan sepotong pun, sih? Perutku lapar nihhh!" kata si kodok buduk.
"Iya...musim kemarau begini makanan semakin sulit didapat," jawab sang bangau.
"Tapi...di tambak khan banyak ikan," kata si kodok buduk.
"Iya ada ikan....tapi aku sulit menangkapnya," jawab sang bangau sekenanya.
"Wah...kamu mulai bohong kepadaku, ya?" tanya si kodok buduk penuh kecurigaan.
"Hei...rupanya kamu sudah tidak percaya padaku lagi, ya," jawab sang bangau. "Ya sudah kalau begitu. Aku capek...mau tidur saja."
"Lalu bagaimana dengan perutku yang kelaparan ini, kawan? Aku makan apa hari ini? Di rumah tidak ada sepotong makanan pun. Aduuh.....lapar....lapaarrr..." teriak si kodok buduk.
Namun sang bangau pura-pura tidak mendengar keluhan temannya. Ia terus pergi tidur.
***
Keesokan harinya, sebelum matahari terbit sang bangau sudah keluar rumah untuk mencari makanan lagi ke tambak. Si kodok buduk masih tidur. Ia sama sekali tidak tahu bahwa sang bangau telah meninggalkan rumah. Ketika si kodok buduk terbangun, dia berteriak-teriak memanggil sang bangau.
"Bangau...bangauuuu....kalau kamu pergi jangan lupa pulangnya membawa makanan yang banyak ya!!!" teriak si kodok buduk.
Tentu saja teriakan si kodok buduk tidak bisa didengar sang bangau yang telah jauh meninggalkannya. Kini sang bangau sedang menikmati sarapan berupa ikan segar di tambak. Dan kali ini pula ia tetap menghabiskan makanannya di pematang tambak. Dia sengaja untuk yang ke sekian kalinya tidak membawa sepotong makananpun saat pulang ke rumah.
Dan untuk yang kesekian kalinya, si kodok buduk merasa jengkel karena saat sang bangau pulang tetap tidak membawakan makanan untuknya. Perutnya semakin kelaparan. Tenaganya semakin lemah.
Keesokan harinya, si kodok buduk sengaja mengikuti kemana sang bangau mencari makanan. Ketika sang bangau menuju pertambakan, ia tetap mengawasinya dari kejauhan. Dan betapa terkejutnya si kodok buduk, ternyata sang bangau selama ini telah berbohong kepadanya. Sang bangau ternyata dengan mudah mendapatkan makanan dan ia selalu menikmati sendiri ikan-ikan segar yang di dapat di pematang tambak. "Waaaahhh....tidak bisa dibiarkan hal ini terjadi. Aku selama ini telah dibohonginya. Aku harus mencari keadilan. Aku mau melaporkan pencurian ikan kepada sang Ratu ikan." kata si kodok buduk sambil berjalan menemui si Ratu ikan.
"Selamat siang, Ratu Ikan," kata kodok buduk menyapa Si Ratu Ikan.
"Selamat siang, Kodok Buduk," jawab sang Ratu. "Ada keperluan apa kamu datang kemari?"
"Begini sang Ratu...aku tadi melihat sang bangau telah mencuri dan memakan anak buahmu. Hal ini tidak boleh dibiarkan terus menerus. Sebab wargamu bisa habis dimakan si bangau. Sang Ratu harus segera mengambil tindakan," demikian lapor si kodok buduk
"Hah...benarkah informasimu itu, Kodok buduk." kata sang Ratu sedikit geram.
"Benar sang Ratu...aku berani bersumpah," kata si kodok buduk meyakinkan ucapannya
"Wah...benar katamu, Kodok Buduk. Hal ini tidak boleh dibiarkan. Sebelum aku pergi ke tempat yang jauh, aku akan mengambil tindakan terlebih dahulu. Aku akan mengirimkan jagoan-jagoanku yaitu Ikan lele untuk menjaga keamanan ikan-ikan di sana. Dia memiliki dua senjata di mulutnya yang bisa digunakan untuk melukai kaki sang bangau. Tapi kami perlu bantuanmu untuk menyebutkan bagaimana ciri-ciri sang bangau itu, Kodok Buduk?"
"Begini sang Ratu. Dia memiliki ciri-ciri, antara lain : bulunya putih, paruhnya panjang, dan ciri khasnya dia memiliki kaki yang ukurannya panjang. Inilah keuntungan dia. Karena dengan dua kaki yang panjang dia bisa berdiri di atas tambak tanpa takut tubuhnya basah."
"Ooooo itu saja ya ciri-cirinya. Nah. ikan lele, saat kamu menjaga air nanti tolong diperhatikan. Kalau ada dua kaki panjang berdiri di tambak atau di perairan manapun maka segera ambil tindakan. Gunakan saja senjatamu untuk melukainya agar teman-teman kita tidak habis dimakan sang bangau." kata sang Ratu sambil berenang pergi menjauh entah kemana. Namun tanpa mereka sadari, ternyata dibalik pohon bakau Sang Bangau rupanya ikut mendengarkan semua pembicaraan mereka. Sang bangau hanya bisa tersenyum.Kali ini sang bangau akan memberi pelajaran yang lain kepada si kodok buduk dan para ikan lele.
***
Si kodok buduk merasa senang sebab kali ini ia memberi pelajaran sang bangau yang telah membohonginya. Oleh karena itu, ia cepat-cepat pergi ke pematang sawah untuk melihat dari kejauhan bagaimana nasib kaki temannya saat berdiri di tambak akan dilukai oleh ikan-ikan lele,sang penjaga air.
"Ayooo...Bangau silahkan berdiri di tambak...ayo cepattt," gumam si kodok buduk ketika melihat sang bangau akan berdiri di tambak untuk menangkapi ikan-ikan segar.
Namun betapa kagetnya si kodok buduk, ternyata sang bangau saat berdiri di tambak hanyamenggunakan satu kaki saja. Sedang satu kaki yang lain dilipat ke badannya. Dan hal inilah yang membingungkan ikan lele. Sebab selama mereka bertugas menjaga air, tidak menjumpai dua kaki panjang yang masuk bersamaan di tambak. Dan taktik inilah yang membuat sang bangau senantiasa selamat dari serangan para penjaga air.
Sebaliknya si kodok buduk semakin jengkel dan pergi meninggalkan sang bangau untuk mencari makanan sendiri tanpa mengharapkan bantuan siapapun.
Dan sejak saat itu dimanapun berada sang bangau bila mencari makan di perairan senantiasa melipat satu kakinya dan si kodok buduk senantiasa makan hewan kecil apa saja yang ditemuinya tanpa mengharapkan bantuan siapapun lagi.
selesai
sumenep, 5 Desember 2012
moral cerita : Rejeki yang diperoleh dari jerih payah sendiri
lebih mulia nilainya
daripada mengharapkan
belas kasihan orang lain.
No comments:
Post a Comment