Semenjak kematian si Raja Hutan, tidak ada lagi sosok pemimpin yang pantas menggantikan kedudukannya. Dan sejak kehilangan pemimpinnya maka kehidupan di hutan jadi tidak karuan. Hewan-hewan bertindak semaunya sendiri. Hewan yang kuat menindas yang lemah. Hewan yang lemah jadi sengsara. Seluruh makanan yang ada di hutan saling diperebutkan. Banyak hewan-hewan yang merasa kuat menguasai sumber makanan.Padahal saat si raja hutan memimpin mereka. sumber makanan tersebut adalah milik bersama.
Ketidak adilan hidup di hutan itulah yang membuat hewan-hewan kecil dan lemah semakin tidak berdaya. Hewan yang kuat semakin serakah dan sombong, sedangkan hewan yang lemah semakin tersisihkan dan tidak berdaya."Wahhh....ini tidak adil!" protes si Kera kepada kawan-kawannya.
"Pokoknya kita harus mengadakan reformasi! Reformasi! Reformasi....Memilih pemimpin yang baru!" seru hewan-hewan kecil lainnya.
"Setujuuuuu......!" teriak yang lain " Reformasi kepemimpinan harus segera dijalankan sebelum yang lemah semakin menderita hidupnya."
"Tapi...siapa yang berani melawan kekuatan si Beruang yang kuat, rakus terhadap makanan dan sombong itu, kawan?" kata si Tupai." Terkecuali kita bersatu dan melawan kesewenang-wenangan dan kerakusan si Beruang"
Maka sejak siang itu diumumkanlah bahwa hutan akan mencari pemimpin yang baru. Tidak terkecuali siapapun yang menghuni hutan boleh mencalonkan diri.
Tetapi ternyata tidak ada hewan-hewan yang berani mencalonkan diri sebagai pemimpin melawan kekuatan si Beruang kecuali si Beruang yang sombong sendiri. Hal ini membuat seluruh hewan merasa cemas karena si Beruang sering bertindak curang, rakus terhadap makanan dan sering bertindak tidak adil kepada mereka. Si Beruang merasa besar kepala karena tidak ada yang bisa menandingi kekuatan tubuhnya.
"Hohohohohoho....ayo siapa lagi yang bisa menandingi kekuatanku," teriak si Beruang. "Kini kalian tidak akan mendapat kenikmatan makanan di hutan ini lagi sebab semua menjadi kekuasaanku" kata beruang sambil melahap makanan yang dibawanya.
Semua hewan membisu. Tidak ada yang berani berkomentar. Mereka cuma bisa menggerutu bahwa si Beruang tidak layak jadi pemimpin mereka karena sikapnya yang rakus dan sombong itu.
Namun disaat kegundahan hewan memuncak, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suatu teriakan yang melengking di tengah arena : "Aku mencalonkan diri menjadi pemimpin...aku siap melawan kesombongan si Beruang!"
Dan seketika seluruh hewan merasa senang karena ada hewan yang berani mencalonkan diri menjadi pemimpin untuk melawan keperkasaan si Beruang. Tetapi setelah melihat bahwa yang mencalonkan diri adalah hewan bertubuh botak, kecil dan tidak sekuat si Beruang membuat kegembiraan mereka pudar seketika.
"Mana mungkin si Landak yang kecil, botak dan lemah seperti itu mampu melawan kekuatan si Beruang?" gerutu mereka.
"Hohohohoho....hahahahaha....wkwkwkwk....xixixixixi....Hoi, hewan-hewan hutan...apakah kalian sudah gila ya...mana mungkin hewan sekecil ini bisa menandingi kekuatanku?" kata si Beruang makin menunjukkan kesombongannya. "Hei hewan dungu...urungkanlah niatmu untuk melawanku sebelum tubuhmu kulumat dengan kekuatanku."
Si landak hanya bisa tersenyum, lalu berkata : "Maaf, Pak Beruang. Janganlah kekuatan tubuh anda membuat anda menjadi sombong dan takabur. Janganlah kekuatan tubuh anda menjadikan anda sok kuasa...sok jagoan...sok menang sendiri...sehingga membuat si lemah semakin tidak berdaya. Awas, Pak Beruang...sikap ketidakadilan anda terhadap hewan-hewan yang lemah nanti akan menjatuhkan kewibawaan dan kesombongan anda."
"Wuahhh ...kamu si kecil tahu apa, Heh!" kata Pak Beruang sambil terus melahap makanan di hadapannya sehingga perutnya semakin buncit dan kekenyangan.
"Tapi, kini aku akan melawan kekuatan anda, Pak Beruang!" kata si Landak.
"Sudahlah....urungkan saja niatmu! Ayo sana pergi ke teman-temanmu!" bentak Pak Beruang.
"Tapi, tekadku sudah bulat mau melawan keangkuhan dan kesombongan anda, Pak Beruang!"
Pak Beruang malas juga melayani ocehan si landak. Apalagi kini ia merasa kantuk karena perutnya kekenyangan sehabis melahap berpuluh-puluh buah-buahan hutan yang dibawanya. Namun mendengar tantangan si Landak yang terus menerus itu membuat si Beruang penasaran dan akhirnya membuka matanya yang hampir terpejam itu.Dan betapa kagetnya si beruang karena melihat tubuh si landak yang sebelumnya botak kini sudah dipenuhi oleh duri-duri yang tajam. Hal ini mengingatkan dia sewaktu tubuhnya kesakitan karena kejatuhan durian saat akan mencelaki si Monyet.
"Wuahhh....kalau melawan hewan yang penuh duri begini lebih baik aku lari saja daripada tubuhku sakit semua.....kabuuuuuuurrrrrrrrrr" teriak si Beruang "Biarlah aku tidak jadi penguasa hutan asalkan tubuhku tidak kesakitan semua." kata Si Beruang sambil lari tunggang langgang sebelum bertanding dengan si Landak yang tubuhnya dipenuhi duri. Si beruang berlari menuju sebuah pohon dan dengan sekali loncat ia telah bertengger di sebuah batang pohon yang agak tinggi agar si landak tidak bisa menyakitinya.
Melihat si beruang lari tunggang langgang sebelum pertandingan, membuat semua hewan-hewan bersorak kegirangan...."Horeeeeee......horeeee....horeeee...si sombong akhirnya dapat dikalahkan...ketidakadilan akhirnya dapat terkalahkan oleh kebijaksanaan...Hidup si Landak....Hidup si Landak...si Landak sekarang menjadi pemimpin kita...."
"Setujuuuuuu.....si Landak yang bijaksana layak jadi pemimpin kita.... " teriak semua hewan kegirangan.
Sementara si Landak cuma bisa tersenyum melihat kegembiraan hewan hutan sambil melihat si Beruang yang masih nongkrong di dahan pohon akibat ketakutan terhadap perbuatannya sendiri yang sombong dan tidak adil terhadap teman-temannya.
selesai....
moral cerita : tidak ada gunanya mengagung-agungkan kekuatan diri sendiri yang berdampak kita berbuat sewenang-wenang terhadap yang lain, selain itu merasa diri kuat akan melahirkan ketakaburan diri yang itu tidak disukai oleh sesama yang lain
heeeee
ReplyDeletemaster landak jagoan heee
ReplyDeletebagus ceritanya mr bro
ReplyDeleteLumyan bgus untuk anak-anak
ReplyDeletecoba buat yg lebih bagus lgi
Coba buat sinopsisnya
ReplyDeleteApa nilai nilai Pancasila ya?
ReplyDelete