Siang itu seperti biasanya, Pak Ahmad selalu mengisi sampai penuh bak mandinya dengan air sungai menggunakan kuali retaknya. Setelah itu, dia menaruh begitu saja kuali retaknya di sudut taman. Si kuali retak hanya bisa terdiam dan senantiasa berkeluh kesah menyesali nasibnya.
"Hu..hu.hu...kenapa nasibku terus begini," kata si kuali retak "Andai saja bentuk tubuhku tidak jelek, hitam dan retak seperti ini, tentu hidupku akan lebih bahagia. Sungguh sial hidupku..."
Tidak jauh dari si Kuali Retak berkeluh kesah, ternyata ada sekuntum bunga mawar yang memperhatikannya.
"Hai, kenapa kamu menangis, kuali retak ?" tanya si bunga mawar. "Ada persoalan apa?"
Si kuali retak tidak menjawab pertanyaan si bunga mawar. Bahkan sebaliknya dia menangis semakin kera.
"Hu...hu...huuu...jangan pedulikan aku!" bentak si kuali retak. "Biarkan aku yang merasakan kesedihanku sendiri. Memang nasib si kuali retak yang jelek harus begini"
"Iya..., memangnya ada apa denganmu, kuali retak? Mengapa kamu selalu menyesali nasibmu?"
Mendengar si mawar terus berusaha menghiburnya, membuat si kuali retak luluh hatinya.Kemudian ia menceriterakan masalah yang telah dihadapinya.
"Begini, Mawar," kata si Kuali Retak mulai bercerita. "Kau kan tahu, di antara seluruh penghuni taman ini, sepertinya akulah yang tidak ada gunanya. Aku tidak memiliki prestasi apa-apa. Aku tidak memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan. Tubuhku hitam, jelek dan retak. Aku kasihan melihat Pak Ahmad merasa tersiksa setiap kali mengambil air ke sungai. Akibat tubuhku yang retak maka beliau harus berjalan berkali-kali dari rumah ke sungai untuk memenuhi bak mandi. Air yang ada di tubuhku senantiasa bocor kemana-mana. Aku memang tidak berguna. Aku bisanya cuma menyusahkan Pak Ahmad saja. Aku memang layak dibuang. Aku layak menjadi barang rongsokan!"
Si mawar merasa iba mendengar cerita si kuali retak. "Si kuali retak rupanya belum mengerti akan hakekat kehidupan," pikir si mawar. "Kalau kita selalu membandingkan hidup kita dengan teman yang telah sukses maka segala apa yang telah kita capai akan terasa tidak berguna. Akibatnya akan timbul rasa tidak puas dan kurang rasa syukurnya terhadap apa yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita."
"Astaghfirullahaladziem... jangan berkata seperti itu, teman." kata si mawar kemudian. "Bukankah ada firman Alloh swt yang berbunyi bahwa semua yang ada di alam semesta ini pasti ada manfaatnya bagi yang lain. Kamu jangan merasa rendah diri dengan bentuk tubuhmu. Tidakkah kau sadar bahwa akibat tubuhmu yang retak itu kau sudah memberi manfaat banyak bagi teman-temanmu," kata si Mawar.
Si Kuali Retak semakin tidak mengerti arah pembicaraan si Mawar.
"Manfaat bagi teman-temanku? Manfaat apa?"
"Begini, kuali retak!" kata si Mawar meyakinkan. "Memang tubuhmu retak, hitam dan kamu sendiri terlalu sibuk menyesali diri. Kau sibuk berkeluh kesah. Kau sibuk menyalahkan diri sendiri. Kau jarang mensyukuri hikmah dibalik tubuhmu yang retak itu. Akibat tubuhmu yang retak itu kamu siram kami dengan tetes-tetes air sehingga tubuhku jadi segar dan kami bisa terus bertahan hidup. Dan kini aku bisa berbunga lagi. Kami berterima kasih atas kebaikanmu, kawan."
Si kuali retak terdiam. Ia senantiasa membenarkan ucapan si mawar. Kini ia sadar betapa bodohnya dirinya tidak bisa mengambil nilai positif dari kekurangan tubuhnya. Ternyata dibalik semua yang kita miliki ternyata ada hikmah yang tidak kita sadari.
Ternyata dibalik ketidaksempurnaan tubuhnya, ia masih berjasa mengisi bak mandi Pak Ahmad. Selain itu tanpa ia sadari banyak teman-teman masih merasakan segarnya tetes-tetesan air lewat retak-retak tubuhnya."
Dan yang lebih membanggakan si kuali retak adalah ia bisa melihat keindahan bunga mawar yang harum baunya.
selesai,-
Pesan Moral :
Jangan suka membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain. Bersyukurlah dengan hidup anda sekarang. Dan senantiasa berpikirlah positif terhadap hidup anda dan berikanlah manfaat yang maksimal bagi lingkungan dimana anda tinggal.
"Hu..hu.hu...kenapa nasibku terus begini," kata si kuali retak "Andai saja bentuk tubuhku tidak jelek, hitam dan retak seperti ini, tentu hidupku akan lebih bahagia. Sungguh sial hidupku..."
Tidak jauh dari si Kuali Retak berkeluh kesah, ternyata ada sekuntum bunga mawar yang memperhatikannya.
"Hai, kenapa kamu menangis, kuali retak ?" tanya si bunga mawar. "Ada persoalan apa?"
Si kuali retak tidak menjawab pertanyaan si bunga mawar. Bahkan sebaliknya dia menangis semakin kera.
"Hu...hu...huuu...jangan pedulikan aku!" bentak si kuali retak. "Biarkan aku yang merasakan kesedihanku sendiri. Memang nasib si kuali retak yang jelek harus begini"
"Iya..., memangnya ada apa denganmu, kuali retak? Mengapa kamu selalu menyesali nasibmu?"
Mendengar si mawar terus berusaha menghiburnya, membuat si kuali retak luluh hatinya.Kemudian ia menceriterakan masalah yang telah dihadapinya.
"Begini, Mawar," kata si Kuali Retak mulai bercerita. "Kau kan tahu, di antara seluruh penghuni taman ini, sepertinya akulah yang tidak ada gunanya. Aku tidak memiliki prestasi apa-apa. Aku tidak memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan. Tubuhku hitam, jelek dan retak. Aku kasihan melihat Pak Ahmad merasa tersiksa setiap kali mengambil air ke sungai. Akibat tubuhku yang retak maka beliau harus berjalan berkali-kali dari rumah ke sungai untuk memenuhi bak mandi. Air yang ada di tubuhku senantiasa bocor kemana-mana. Aku memang tidak berguna. Aku bisanya cuma menyusahkan Pak Ahmad saja. Aku memang layak dibuang. Aku layak menjadi barang rongsokan!"
Si mawar merasa iba mendengar cerita si kuali retak. "Si kuali retak rupanya belum mengerti akan hakekat kehidupan," pikir si mawar. "Kalau kita selalu membandingkan hidup kita dengan teman yang telah sukses maka segala apa yang telah kita capai akan terasa tidak berguna. Akibatnya akan timbul rasa tidak puas dan kurang rasa syukurnya terhadap apa yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita."
"Astaghfirullahaladziem... jangan berkata seperti itu, teman." kata si mawar kemudian. "Bukankah ada firman Alloh swt yang berbunyi bahwa semua yang ada di alam semesta ini pasti ada manfaatnya bagi yang lain. Kamu jangan merasa rendah diri dengan bentuk tubuhmu. Tidakkah kau sadar bahwa akibat tubuhmu yang retak itu kau sudah memberi manfaat banyak bagi teman-temanmu," kata si Mawar.
Si Kuali Retak semakin tidak mengerti arah pembicaraan si Mawar.
"Manfaat bagi teman-temanku? Manfaat apa?"
"Begini, kuali retak!" kata si Mawar meyakinkan. "Memang tubuhmu retak, hitam dan kamu sendiri terlalu sibuk menyesali diri. Kau sibuk berkeluh kesah. Kau sibuk menyalahkan diri sendiri. Kau jarang mensyukuri hikmah dibalik tubuhmu yang retak itu. Akibat tubuhmu yang retak itu kamu siram kami dengan tetes-tetes air sehingga tubuhku jadi segar dan kami bisa terus bertahan hidup. Dan kini aku bisa berbunga lagi. Kami berterima kasih atas kebaikanmu, kawan."
Si kuali retak terdiam. Ia senantiasa membenarkan ucapan si mawar. Kini ia sadar betapa bodohnya dirinya tidak bisa mengambil nilai positif dari kekurangan tubuhnya. Ternyata dibalik semua yang kita miliki ternyata ada hikmah yang tidak kita sadari.
Ternyata dibalik ketidaksempurnaan tubuhnya, ia masih berjasa mengisi bak mandi Pak Ahmad. Selain itu tanpa ia sadari banyak teman-teman masih merasakan segarnya tetes-tetesan air lewat retak-retak tubuhnya."
Dan yang lebih membanggakan si kuali retak adalah ia bisa melihat keindahan bunga mawar yang harum baunya.
selesai,-
Pesan Moral :
Jangan suka membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain. Bersyukurlah dengan hidup anda sekarang. Dan senantiasa berpikirlah positif terhadap hidup anda dan berikanlah manfaat yang maksimal bagi lingkungan dimana anda tinggal.
No comments:
Post a Comment