Thursday, October 31, 2013

RAJA BIJAKSANA DAN 3 RAKYATNYA (oleh : aguskarianto)

ilustrasi : aguskarianto
        Ada sebuah kerajaan dipimpin seorang raja yang bijaksana dan adil. Dia enggan menggunakan kekayaan kerajaan untuk kepentingan pribadi dan keluarganya. Seluruh harta kekayaan kerajaan digunakan untuk memakmurkan rakyatnya. Sehingga tidak heran, seluruh rakyat senantiasa menaruh hormat dan kagum kepada sang raja dan keluarganya. Dan tidak heran seluruh titah raja senantiasa dipatuhi dan dilaksanakan dengan ikhlas oleh rakyatnya.
        Suatu hari, baginda raja ingin menguji kesetiaan rakyatnya. Maka diutuslah seorang hulubalang untuk memanggil 3 orang rakyat yang telah dipilih secara acak oleh sang raja. Tidak lama kemudian, datanglah 3 orang rakyat yang dimaksud. Ketiga rakyat yang  dipanggil sang raja beranggapan bahwa tentu sang raja akan memberi hadiah yang istimewa kepada mereka, karena sang raja begitu dermawan kepada rakyatnya.
        "Assalamu'alaikum, rakyatku," sapa sang raja kepada ketiga rakyatnya yang telah berada di hadapannya.
        "Walaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh, paduka. Kami bertiga menghaturkan salam hormat," jawab ketiganya serentak.
        "Hemmm...terima kasih kalian telah memenuhi undanganku. Aku memanggil kalian karena ingin memberi tugas untuk mengambilkan buah-buahan yang ada di wilayah kerajaan ini. Apa kalian mau mengerjakannya?"
        "Waaah... dengan senang hati hamba akan mengerjakannya, paduka," jawab ketiganya.
         Baginda raja senang mendengar jawaban yang tulus dan kesanggupan rakyatnya.
         Lalu sang raja memerintahkan seorang prajurit mengambilkan 3 buah keranjang besar.
        "Nah, masing-masing dari kalian harus memenuhi keranjang tersebut dengan aneka macam buah-buahan yang ada di wilayah kerajaan ini. Bila tugas kalian telah selesai maka bawalah buah-buahan tersebut ke hadapanku. Kalian mengerti?"
         Ketiga rakyatnya mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti. Lalu mereka pergi dengan membawa keranjangnya masing-masing.
         Ternyata, ketiga rakyatnya memiliki pemikiran yang berbeda terhadap tugas yang diembannya. Ada yang menganggap bahwa tugas sang raja adalah suatu kehormatan baginya, sehingga dia harus melaksanakan dengan senang hati dan  penuh keikhlasan serta berusaha mempersembahkan aneka macam buah berkualitas kepada raja mereka. Rakyat kedua menganggap perintah itu biasa saja, sang raja tentu tidak akan memperhatikan dan tidak mungkin akan menghitung buah yang dia kumpulkan. Bukankah sang raja telah makmur dan kaya-raya, tentu tugas ini hanya sekedar menguji kesetiaan saja. Oleh karena itu, ia sembarangan memetik  buah-buahan untuk sang raja. Buah-buahan mentah maupun yang sudah hampir busuk dia masukkan ke keranjang. Bahkan dia menata buah ke dalam keranjang juga sembarangan, tidak tertata. Selain itu. agar keranjangnya nampak menarik di hadapan sang raja maka dia sengaja menaruh buah-buahan yang segar dan masak di lapisan atas keranjangnya. Dan rakyat yang ketiga  beranggapan bahwa tugas dari sang raja adalah sebuah penghinaan baginya. Dia sudah merasa hidupnya enak, kaya. semua serba ada tetapi sekarang disuruh  mengambilkan buah buat si raja. Bukankah kalau sang raja ingin makan buah-buahan tinggal beli di pasar semua tentu ada. "Harta kerajaan khan banyak," pikir rakyat ketiga ini. Oleh karena itu, dia sengaja melaksanakan perintah raja dengan penuh kemalasan dan sembarangan. Dia ingin secepatnya memenuhi keranjangnya agar segera bisa mengakhiri pekerjaannya. Oleh karrena itu, dia  mengisi keranjangnya dengan buah-buahan yang asal petik saja. Tidak peduli buah masak ataupun buah masih muda ia masukkan ke keranjangnya. Dia senantiasa bekerja dengan ngedumel. Menggerutu. Tidak ikhlas dalam mengerjakan tugas. Apapun jenis buah yang ada di hadapannya dia masukkan ke dalam keranjang. Bahkan buah-buahan yang beracunpun dia masukkan keranjangnya juga. Dia sengaja melakukan hal itu karena ingin membalas kesewenang-wenangan sang raja kepadanya.
          Dan sore hari, ketiga rakyatnya telah mengisi seluruh keranjangnya dengan bermacam-macam buahan sesuai dengan yang dipesan sang raja. Mereka bersama-sama menghadap sang raja.
         "Wuah...kalian memang benar-benar rakyatku yang setia dan taat terhadap perintah raja. Aku kagum dengan ketaatan kalian. Nah..karena bekal kalian sudah banyak maka aku perintahkan kepada para prajurit untuk membawa kalian menempati pulau-pulau terpencil yang telah disiapkan kerajaan. Pulau itu dihadiahkan kepada kalian bertiga. Disana tidak ada makanan secuilpun. Oleh karena itu, selama di pulau tersebut kalian hanya dibekali dengan sekeranjang buah-buahan yang telah kalian kumpulkan," demikian perintah sang raja. Lalu para prajurit membawa mereka menyeberangi pulau untuk ketiga rakyatnya.
          Betapa terkejutnya ketiga rakyatnya mendengar titah sang raja. Sang raja memang telah menguji keikhlasan rakyatnya dalam mengabdi kepada rajanya. Perintah raja harus dilaksanakan.
         "Jadi semua buah ini untuk hamba paduka?!" kata mereka. Dan ketiga rakyatnya menyambut keputusan raja dengan raut wajah yang berbeda.
          Rakyat yang benar-benar ikhlas bekerja dan berusaha mempersembahkan kualitas terbaik dalam pengabdiannya maka akan merasakan kenikmatan dengan jerih payahnya untuk dirinya sendiri. Sementara rakyat yang menganggap biasa saja perintah sang raja maka akan menyesal karena tidak serius dan asal-asalan melaksanakan perintah sang raja. Sedangkan rakyatnya yang merasa perintah sang raja adalah sebuah penghinaan baginya dan melakukan tugas sembarangan maka akhirnya akan merasakan betapa sengsaranya hidup dengan bekal yang tidak berkualitas dan bekal yang terkesan asal-asalan.
         "Sebenarnya Aku tidak butuh dengan hasil pekerjaan kalian karena aku sudah kaya dan tidak membutuhkan semua itu. Aku memerintahkan kalian mengerjakan tugas karena aku ingin melihat sampai sejauh mana kualitas dan ketulusan pengabdian kalian kepadaku," kata sang raja sambil menatap ketiga rakyatnya yang berjalan pergi bersama para prajurit menuju pulau terpencil bagi ketiganya.


selesai,-

Saturday, October 26, 2013

KISAH SI KATAK DAN SI BELALANG (oleh : aguskarianto)

illustrasi : agus karianto

        

          Siang itu, kerajaan binatang sedang terjadi huru-hara. Seorang raksasa telah mengobrak-abrik seluruh desa. Tidak peduli rumah si kaya atau pun si miskin semua dirusaknya. Sarang-sarang binatang ikut dirusak pula. Seluruh makanan penduduk dia lahap sampai habis. Sumber air minum dia minum sampai habis juga. Akhirnya sumber makanan dan minuman di desa semakin menipis. Rakyat dan hewan-hewan semakin menderita karena kekurangan makanan dan minuman.
        Setiap hari si raksasa senantiasa mengejar-ngejar rakyat ataupun hewan-hewan. Dia tidak segan-segan melukai siapa saja yang ditemuinya. Dia merasa seolah-olah hanya dia sendiri yang bisa berkuasa di kampung yang sedang didudukinya. Apapun yang dilakukannya tidak ada yang berani memprotesnya. Rakyat dan hewan-hewan semakin marah dan resah melihat ulah si raksasa.  Namun mereka tidak bisa berbuat apa apa. 
       Akhir-akhir ini rakyat dan para hewan semakin geram dengan ulah si raksasa. Mereka marah karena si raksasa telah menyebarkan racun kepada seluruh rakyat dan hewan-hewan. Siapa saja yang terkena racun si raksasa maka seketika matanya terasa pedih dan akhirnya menjadi buta. Setiap pagi si raksasa senantiasa berjalan ke sudut-sudut kampung untuk mencari sasaran jadi korbannya. Rakyat dan hewan-hewan yang menjadi buta semakin resah dan sedih karena sekarang mereka tidak bisa berakitifitas lagi. Mereka tidak bisa bekerja mencari makan untuk anak-anaknya. Mereka hanya bisa berharap pertolongan dari yang maha kuasa agar ada seseorang yang bisa membebaskan penderitaan mereka.
      Siang itu, ada seekor katak  yang selamat dari racun si raksasa. Dia sedih melihat kampungnya semakin sepi karena penduduknya menderita buta. Dia sebenarnya ingin menolong mereka, namun karena tubuh  si katak kecil sehingga dia agak ragu untuk bisa melawan si raksasa sendirian. "Sekali diinjak pasti aku akan tewas di bawah kaki si raksasa," gumam si katak. "Tapi kalau bukan aku lalu siapa lagi  yang bisa menolong mereka? Kokon katanya penawar racun si raksasa tersimpan di dalam mulutnya. Aku harus bisa membuat dia membuka mulutnya agar penawan racun itu keluar. Aku haris bisa menggelitik tubuhnya agar mulutnya terbuka. Tapi mana aku sanggup hinggap di tubuhnya yang tinggi besar begitu?"
      “Assalamu'alaikum, teman-teman," sapa katak .
      "Wa'alaikumussalam warohmatullahiwabarokatuh...wah mendengar cara bicaranya... apakah kau si katak?" jawab si kudanil. "Kau masih selamat dan tidak buta, kawan?"
       "Alhamdulillah, kawan," jawab si katak. "Aku kebetulan memiliki kelopak mata yang besar yang bisa melindungi mataku saat si raksasa itu menyebarkan racunnya. Akhirnya aku selamat."
       "Tolonglah kami, Katak...tolonglah kami...tolonglah engkau cari obat penawar racun mata ini," 
       "Jangan khawatir, kawan..aku akan menolong kalian. Namun bagaimana caranya agar aku bisa mengeluarkan penawar racun yang tersimpan dalam mulut si raksasa itu? Tubuhku amat kecil. Lalu bagaimana caranya agar aku bisa mengalahkan si raksasa itu?  apa yang bisa aku perbuat?"
       Dan semua hewan-hewan terdiam. Mereka tidak bisa menyalahkan sikap si katak yang takut menghadapi si raksasa. Mereka sadar bahwa tubuh si katak amat kecil dibandingkan dengan tubuh si raksasa. Akhirnya mereka menjadi putus harapan. Mereka pasrah dengan penderitaan yang dialaminya saat ini.
      Namun di tengah kebingungan mereka menyusun rencana untuk mengalahkan si raksasa, tiba-tiba majulah seekor belalang  buta yang memberanikan diri ingin bekerjasama dengan si katak untuk melawan si raksasa.
     “Aku mau melawan si raksasa.” kata si belalang buta
     “Hah? si belalang buta akan melawan si raksasa? Gila !”
     “Aku sebelumnya sudah menduga kalau kalian akan meragukan kemampuanku. Memang tubuhku kecil namun aku memiliki lompatan yang bagus daripada kalian. Kalau kita mengandalkan tenaga  tentu siapapun akan tidak sanggup menghadapi si raksasa.  Kita harus menggunakan akal untuk bisa mengalahkan si raksasa itu. Oleh karena itu aku akan bekerjasama dengan si katak untuk melawan si raksasa. "
     “Wah benar. Lompatanmu sangat jauh. Dan pasti kamu bisa secepat kilat mengalahkan si raksasa. Tapi bagaimana caranya?” kata pak sapi.
      “Lalu bagaimana kamu bisa melawan si raksasa. Bukanlah matamu juga buta, kawan?” tanya pak sapi.
       “Begini, Pak sapi. Si katak harus membawaku mendekati mulut si raksasa. Dan si katak harus mengarahan tubuhku tepat ke kepalanya. Nah aku usahakan hanya dengan sekali lompat aku harus bisa hinggap di mulut si raksasa. Bagaimana kamu sanggup, katak?”
     “Wuah...ide yang cemerlang. Ayo kita laksanakan, kawan. Mari kamu naik ke kepalaku. Biar aku membawa kamu mendekati mulut si raksasa."
         Lalu si kodok melompat-lompat mendekati tubuh si raksasa sambil membopong tubuh si belalang di atas kepalanya. Agar si belakang bisa sedekat mungkin mencapai mulut si raksasa maka si katak membawanya menaiki pohon yang tinggi setinggi tubuh si raksasa.
      “Okey...kita sekarang sudah setinggi si raksasa. Dan aku sudah mengarahkan tubuhku tepat ke arah kepala si raksasa. Okey...siap... kamu siap melompat, kawan. satuuu...dua...tiii..gaaaa!!!”
      Dan....”Staaaappppppppp...” dengan sekali lompatan si belalang sudah menempel ke mulut si raksasa yang sedang tidur. Si belalang segera menggigit mulut si raksasa kuat-kuat. Selesai menggigit bagian mulut, lalu si belalang melompat ke tubuh raksasa yang yang lain dan mengigit sekuat tenaga juga. Setelah itu dia  melompat ke bagian tubuh raksasa yang lain dan menggigit sekuat tenaga juga. Demikian seterusnya. Si raksasa terbangun. Dan dia berteriak sekencang-kencangnya karena  merasakan tubuhnya kesakitan digigit si belalang. ”Aduuuhhhh...sakiit...tolooongg...tolooooooong..sakiiitttt.”
        Si raksasa lupa saat mulutnya terbuka dan meraung-raung kesakitan maka obat penawar racun kebutaaan yang disimpan di mulutnya tertumpah. Hal ini tidakdisia-siakan oleh seluruh rakyat dan seluruh hewan untuk meraihnya demi menyembuhkan kebutaan matanya. Dalam sekejap mata semua rakyat dan seluruh hewan matanya sembuh seperti semula.
      “Horeee...horeee..hooreee... alhamdulillah... akhirnya kita bisa melihat kembali...Hidup belalang dan si katak...” teriak seluruh rakyat dan hewan.
        Mendengar teriakan seluruh rakyat dan seluruh hewan bahwa mereka bisa melihat kembali maka si raksasa menjadi ketakutan. Tanpa pikir panjang ia berusaha lari sekencang-kencangnya menjauh sambil merasakan tubuhnya kesakitan digigit si belalang  di sekujur tubuhnya.


selesai,-

moral cerita : kesuksesan itu akan terasa mudah dan indah apabila kita bisa bekerjasama dengan
                            orang lain.

Saturday, October 19, 2013

KISAH SI NYAMUK DAN RAJA YANG SOMBONG (oleh : aguskarianto)


           Dahulu kala, ada seorang raja yang terkenal serakah, kejam, bengis dan sombong. Semua perintahnya adalah undang-undang yang wajib ditaati rakyatnya. Tidak pandang bulu, apakah perintah itu kepada anak-anak, orang tua, wanita dan pria. Bagi rakyat yang menolak perintahnya maka akan dihukum seberat-beratnya sampai mati.
         Setiap hari, Sang raja senantiasa mengumbar nafsu angkara. Apa yang diinginkannya harus terpenuhi. Sikap serakah sang raja membuat rakyatnya hidup sengsara. Bahkan, seluruh kekayaan alam di wilayah kerajaan terkuras habis demi memenuhi ambisi keinginan sang raja. Pepohonan di hutan nyaris punah ditebangi untuk dijual sehingga banyak hewan-hewan kehilangan tempat mencari makanannya.
           Kondisi alam yang semakin memprihatinkan ini membuat para hewan penghuni hutan di kerajaan segera mengambil sikap. Mereka segera berkumpul untuk mengantisipasi kerusakan hutan yang lebih fatal yang diakibatkan ulah sang raja.
           "Kita tidak boleh membiarkan tingkah sang raja yang semena-mena, kawan," kata sang Monyet. "Kalau dia dibiarkan bertindak begitu terus dalam membabat pepohonan di hutan maka kita bisa kelaparan karena kekurangan bahan pangan."
           "Benar, kawan." jawab si Beruang. "Akibat pepohonan dibabat Raja maka sumber air minumku  mulai kering. Jadi aku sulit mendapatkan air minum lagi."
           "Hidup kita juga semakin terancam. Sang raja tidak segan-segan melampiaskan nafsunya dengan menembaki kita dengan senapannya. Jadi kita semakin tidak bebas bermain di hutan." kata burung pipit.
           "Benar...benar...benar...sang raja semakin kejam...dia semakin bengis...dia semakin semena-mena...dia semakin sombong...dia semakin mengancam kehidupan kita...kita harus segera mengambil sikap....," seru hewan-hewan yang lain.
          "Bagaimana kalau sang raja kita kudeta saja...kita ganti dengan raja yang baru !"
          "Hush....masalah penggantian raja bukan wewenang kita...kita juga tidak ada kekuatan untuk bisa mengkudeta sang raja....." teriak pak Harimau.
          "Lalu...apa tujuan kita melakukan pertemuan ini kalau kita tidak bisa mengambil tindakan? Wah percuma dong kita melakukan pertemuan hari ini?"
          "Jangan begitu kawan, tujuan kita berkumpul ini selain untuk bersilaturahmi dan sekaligus mengantisipasi sikap sang raja," kata sang Kuda.
          "Bilang saja kamu takut menghadapi sang raja, kawan. Jadi jangan bertele-tele dalam berbicara !!!"
          "Sejujurnya kami semua takut dengan sikap kejam dan semena-mena sang raja. Selama ini semua rakyat tidak ada yang berani memprotes tindakan sang raja. Oleh karena itu, barangkali ada di antara kita yang berani bersikap maka kami sangat berterima kasih. Ayo siapa yang berani menjadi sukarelawan?"
           Namun seluruh hewan tidak ada yang berani bersuara lagi. Semua terdiam. Mereka sadar bahwa selama ini memang tidak ada di antara mereka yang berani menentang sikap sang raja.
           Tetapi, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh teriakan dari seekor nyamuk yang memberanikan diri menjadi sukarelawan untuk melawan sikap sang raja.
           "Ngiingg...ngiiingg...ngiing...aku siap menjadi sukarelawan untuk menghentikan kesombongan sang raja !" teriak si Nyamuk.
           Semua hewan keheranan. Semua pandangan tertuju ke arah tubuh kecil si  nyamuk yang hinggap di dahan pohon. Banyak hewan yang mencibir keberanian si nyamuk. Ada sebagian hewan malah meremehkan keberaniannya dan menganggap si nyamuk hanya mengolok-olok mereka saja.
          "Mana mungkin tubuh sekecil dia bisa melawan sang raja yang terkenal kejam dan sombong. Banyak hewan yang bertubuh lebih besar dari si nyamuk saja takut menghadapi si raja."
           "Huahahahahaha...huahahahaha...huahahaaa...apa katamu? Mau melawan sang raja? Huahhahaha..huahaha...huahahhha." kata beberapa hewan sambil tertawa terbahak-bahak karena menganggap si nyamuk cuma berolok-olok saja.
           "Aku serius, teman," kata si nyamuk.
           "Sudahlah, kawan...kamu jangan mengolok-olok kita. Kami yang bertubuh lebih besar dari kamu saja ketakutan menghadapi sang raja kok kamu yang bertubuh kecil mau menjadi sukarelawan...."
           "Lho ...aku serius, teman-teman," lanjut si nyamuk berusaha meyakinkan hewan-hewan yang lain. "Bukankah kalian telah putus asa dan tidak sanggup menghadapi ketidakadilan sang raja. Tetapi kenapa ketika ada salah satu temanmu yang berusaha mencoba menjadi sukarelawannya tiba-tiba kamu meremehkannya. Kalian sudah bertindak tidak adil ! Seharusnya menghadapi persoalan ini kalian harus bersatu dan saling mendukung satu sama lain. Siapapun yang menjadi sukarelawannya jangan kalian meremehkan niat tulusnya. Pantas kita selama ini senantiasa mendapat perlakuan yang sewenang-wenang karena di antara kita tidak bisa bersatu dan lebih mementingkan urusan pribadi masing-masing."
            "Benar sekali ucapan si nyamuk," kata si kerbau. "Bukankah setiap makhluk ciptaan Allah swt senantiasa diberi kelebihan masing-masing. Setiap makhluk yang diciptakan Allah swt pasti ada gunanya walau sekecil apapun bentuknya. Sebaiknya kita beri kesempatan teman kita untuk menghadapi sang raja. Kita semua tentu tidak tahu apa kelebihan yang dimiliki si  nyamuk."
           "Setuju...seetuju...setuju...baiklah kita beri kesempatan si nyamuk untuk melakukan tugasnya."
            "Terima kasih atas kepercayaan kalian, teman-teman," kata si nyamuk sambil terbang tinggi menuju tempat kediaman sang raja. Karena tubuh si nyamuk relatif kecil sehingga dalam sekejap semua teman-temannya tidak melihat tubuhnya lagi.
           Si nyamuk terus mempercepat terbangnya menuju kerajaan. Suara kibasan sayapnya terdengar keras : "ngiinnggggg...ngiiinggg...ngiiiinggg....ngiiing...ngiiiiiinnggg." Ketika telah sampai di kerajaan, dia hinggap di atas atap sambil mencari keberadaan sang raja.
          Tidak begitu lama si nyamuk sudah sampai di dalam kerajaan. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sang raja yang terkenal kejam itu.
          "Wah rupanya sang raja sedang tidur nyenyak," kata si nyamuk dalam hati. "Kebetulan, aku akan melaksanakan tugasku." Lalu si nyamuk terbang hinggap ke tubuh sang raja. Dia menusukkan mulutnya ke beberapa bagian tubuh sang raja  dan beberapa virus demam berdarah ikut masuk ke dalam tubuh sang raja. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia terbang menjauh untuk menemui teman-temannya lagi.
            "Hoiii..kamu sudah datang, teman?" tanya di monyet kepada si nyamuk. "Lalu apakah kamu sudah mengalahkan sang raja?"
           "Aku sudah melaksanakan tugasku, teman-teman," jawab si nyamuk. "Namun kalian harus sabar dan menunggu beberapa hari lagi. Kalian tentu akan melihat hasilnya."
           "Apa?!!! masih harus menunggu beberapa hari lagi? Wah bisa-bisa kita semakin menderita karena sang raja akan membabat habis hutan kita. Saya kira kamu bisa mengalahkan sang raja saat ini juga. "Yaaaaaa...sama saja bohong kamu!" demikian gerutu beberapa hewan yang merasa tidak puas dengan tugas si nyamuk.
                                                                      ***
            Keesokan harinya, seluruh rakyat mendengar pengumuman bahwa sang raja sakit demam hebat. Tubuhnya senantiasa panas tinggi dan sesekali kedinginan. Sang raja tidak bisa beranjak dari tempat tidurnya. Para pengawalnya tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya bisa melihat sang raja senantiasa menggigil  di dalam selimut yang tebal. Tidak ada tabib yang sanggup menolongnya. Mereka awam dengan penyakit yang sedang dialami sang raja. Selama tiga hari sang raja menderita sakit dan akhirnya karena demamnya semakin meninggi dan dari mulutnya keluar darah akhirnya nyawa sang raja tidak bisa tertolong.
           "Sang Raja wafat...sang raja meninggal...sang raja yang sombong telah tiada...horeeeee...horee....," demikian terdengar teriakan dari rakyat dan para hewan sambil berlarian di sekitar kerajaan. Ternyata sang raja mengalami demam berdarah akibat gigitan nyamuk beberapa hari yang lalu.
            Seluruh hewan akhirnya tahu bahwa semua kejadian ini tentu akibat kerja si nyamuk beberapa hari yang lalu. Mereka akhirnya mengakui bahwa ternyata si nyamuk walau tubuhnya kecil namun memiliki keistimewaan yang sanggup melawan sang raja yang kejam, bengis dan sombong. Mereka akhirnya sadar bahwa menilai teman itu jangan dilihat dari bentuk fisiknya. Setiap makhluk ciptaan Allah swt pasti memiliki kelebihan dan kepandaian yang tidak bisa ditiru oleh makhluk yang lain. Jadi hargailah kepandaian yang kita miliki.



selesai,-

moral cerita : menilai teman jangan dilihat bentuk fisiknya. Setiap makhluk ciptaan Allah swt pasti
                     memiliki kelebihan dan kepandaian yang tidak bisa ditiru makhluk yang lain.