Saturday, January 30, 2016

PELAJARAN BUAT SI MONYET YANG PELIT (oleh : aguskarianto)

ilustrasi : aguskarianto
           Siang itu, ada seekor kura-kura tua yang berjalan terseok-seok di pinggir sungai. Lidahnya senantiasa terjulur karena dia sedang menahan lapar. Seharian Dia tidak mendapatkan makanan sepotong pun.
           "Hoghhh....uukkk....hoghhh...uukkk...hoghhh...uukkk, aku lapaaaarrrr...huhuhuhu..., " demikian rintih si kura-kura sepanjang jalan. "Aku harus mencari makanan kemana lagi ini...huhuhu? Hoiiii...adakah teman-temanku yang punya makanan," teriak si kura-kura.
           Namun, teriakan si kura-kura hanya sia-sia belaka, sebab di tempat tersebut tidak ada temannya sama sekali. Meskipun demikian, si kura-kura tidak putus asa, dia terus melangkahkan kakinya untuk mendapatkan makanan. Dia percaya bahwa Allah pasti memberi rezeki kalau dia benar-benar berusaha mencarinya.
            Dan benar juga, ketika si kura-kura sampai di bawah sebuah pohon yang rindang, dia melihat setandan buah pisang. Mata Si kura-kura terbelalak dan mulutnya spontan berteriak : "Horeeee...aku akhirnya mendapat makanan....!!!"
            "Wuaaaahhhh...pisang ini nampak segar-segar dan ada 11 buah yang sudah masak...lalu siapa pemiliknya?" kata si kura-kura sambil matanya melotot dan kepalanya menoleh ke kiri serta ke kanan. "Hoiiii...siapa pemilik pisang ini?! teriak si kura-kura.
              Dan berkali-kali si kura-kura berteriak untuk bertanya siapa pemilik setandan pisang di hadapannya, namun tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya, si kura-kura memberanikan diri   memakannya satu per satu.
           "Hemmmmm...uuffff...uuuff....enak sekali pisang ini! Heemmm ...uueeeeenaaakkkk" kata si kura-kura. "Tapi sebuah pisang belum mengenyangkan perutku....aku masih lapar niihhh...ambil lagi ahhhhhhhh." lanjutnya sampai menghabiskan 5 buah pisang sehingga membuat perutnya kenyang dan matanya mulai terasa mengantuk. Akhirnya, si kura-kura tertidur pulas.
                             
                                                                   ***
            Tiba-tiba dari kejauhan nampak seekor monyet berlari-lari mendekati si kura-kura yang tertidur sambil bernyanyi-nyanyi. " Oleeee...oleee..oleee...oleee....uuu..aaa...uuu...aaa...uuu...aaa "       Namun, si monyet berteriak keras-keras saat melihat kura-kura  tertidur di hadapannya. Dan yang lebih disesalinya saat melihat setandan pisang berserakan.
           "Whatatatatataa....whatatatata....whatatatata....buah pisangku kok berkurang jumlahnya...coba aku hitung ..satu,dua,tiga,empat,lima,enam,...tuuuuuu....whatatatatata...berkurang lima buah....kemarin buah pisang yang masak jumlahnya sebelas kok sekarang tinggal enam buah.....hoiii siapa yang telah mencuri pisang-pisangku ini.....?!" teriak si monyet. "Hoiiiiii....siapa pelakunya?!"
            "Atau..jangan jangan si kura-kura pelakunya..." pikir si monyet. "Nah itu buktinya...kulit-kulit pisang bertebaran di sekitarnya...whuahhh pasti si kura-kura pelakunya."
            "Hehehehehehe.....ayo bangun kura-kura," bentak si monyet sambil menendang tubuh si kura-kura.
            "Ehhhmmmm...ehhmmmm...ehmmmm.." si kura-kura tidak menghiraukan bentakan si monyet, bahkan dia kembali meneruskan tidurnya.
             "Hoiiiiiiii kura-kura....banguuuunnn!!!! banguuunnnn!!!! kamu harus bertanggung jawab....banguuunnn!!!!" bentak si monyet sambil terus menendang-nendang tubuh si kura-kura.
              "Hemmm...ada apa sih, monyet ! Kamu mengganggu teman tidur saja !" jawab kura-kura
              "Hehehehehehe....seharusnya yang marah itu aku...tapi kok jadi terbalik begini...!" bentak monyet.
              "Ada apa sih, Nyet... kok kamu bikin ribut begitu ?!" sela si kura-kura.
              "Hoi, kura-kura ayo bangun !" kata si Monyet. "Kamu harus bertanggung jawab karena telah makan buah pisangku tanpa seijinku. Kamu pencuri ya."
             "Aiihhh....siapa yang mencuri, Nyet?" kata si kura-kura. "Kamu jangan asal menuduh tanpa ada bukti lho! Kalau kamu asal tuduh maka aku akan melaporkan balik tuduhanmu ini. Biar kamu masuk penjara karena melakukan tuduhan palsu !"
              Monyet sesaat terdiam. "Wah benar juga kata si kura-kura. Bukankah aku tidak punya bukti kuat dan melihat sendiri kalau dia yang melakukan pencurian. Kalau sampai pihak lain yang berbuat maka aku akan berdosa karena telah melakukan kedzoliman terhadap si kura-kura.
              "Tapi.....buah pisangku hilang...huhuhuhuhu....aku gak terima dengan si pelakunya..aku tidak ridlo. Siapa pelakunya aku doakan sakit perut selamanya"
               Si kura-kura jadi serba salah. Dia takut dengan doa teman yang terdholimi biasanya terkabul. Kalau sampai aku sakit perut selamanya wah bisa gawat ini.
              "Eheeee....Nyet, maafkan aku ya. Sebenarnya semua ini karena ulahku."
              "Waduuuhhh...benar khan kamu yang melakukannya, Kura-kura>"
              "Tapi, begini Nyet...aku tadi sebenarnya sangat kelaparan. Dan kebetulan menemukan pisang ini. Aku tadi sudah berteriak-teriak bertanya siapa yang memiliki buah pisang ini. Ternyata tidak ada yang menjawab. Yaaa..akhirnya aku makan saja pisang-pisang ini. Maaf lho, Nyet "
              "Maaf maaf  maaf...tidak bisa kamu harus bertanggung jawab...ayo kembalikan semua pisang-pisang itu ." kata si monyet.
               Si kura-kura jadi heran. Ya tidak bisa khan sesuatu yang sudah dimakan harus dikembalikan seperti semula.
               "Kamu ini mikir dong , Nyet," teriak kura-kura. "Pisng yang sudah terlanjur aku makan ya tidak bisa dikembalikan lagi."
                "Pokoknya tidak bisa. Kamu harus mengeluarkan pisang-isang yang telah kamu makan! Bagaimanapun caranya itu urusan kamu. Pokoknya sekarang juga pisang-pisang tersebut harus kamu kembalikan seperti semula."
                 Si kura-kura semakin bingung menghadapi kelakuan monyet yang bodoh ini. Dia tidak mengerti kalau pisang yang sudah dimakan kura-kura akan mustahil dikembalikan seperti semula. Ini sudah sunatullah. Sudah ketentuan alam seperti itu.
                Si kura-kura akhirnya menemukan akal untuk memberi pelajaran monyet yang bodoh dan pelit di hadapannya.
                 "Baiklah, Nyet. Silahkan kamu tunggu sebentar. Aku akan mengeluarkan pisang-pisang yang telah aku makan tadi di balik pohon ini. Awas kamu jangan sampai melihat proses keluarnya lho ya."
                Lalu si kura-kura berjalan di balik pohon untuk mengeluarkan buah pisang yang telah dimakannya sesuai permintaan si monyet. Dan tidak berapa lama si kura-kura berteriak dari kejauhan.
              "Hei, si monyet pelit ...semua pisang-pisang yang telah aku makan sudah aku letakkan di bawah pohon. Silahkan kami ambil semua," kata si kura-kura yang sudah pergi menjauh.
               Si monyet secepatnya pergi ke balik pohon untuk mengambil pisangnya yang telah dimakan kura-kura. Tetapi dia sangat terkejut dan marah-marah sambil berteriak-teriak :
               "Sialan....si kura-kura penipu....kenapa semua pisangku telah menjadi kotoran dan berbau tidak enak begini...Dasar si kura-kura penipu! Awas  ya .. aku akan menuntut balas....kemanapun engkau pergi aku akan meminta pertanggung jawaban atas perbuatanmu."
               Maka sejak saat itu kemanapun dan dimanapun berada, si kura-kura senantiasa dihinggapi rasa ketakutan. Bila bertemu siapa saja, dia senantiasa cepat-cepat menyembunyikan kepalanya di balik tubuhnya yang keras. 

Friday, October 16, 2015

HARI BEBAS POLUSI (oleh : aguskarianto)

gambar : agus karianto
            "Hoiiiiiiiiiiiiiii....teman-teman....ayo kumpul semua !!" teriak Pak Sapi kepada teman-temannya yang sedang main-main di tepi sungai.
            "Ayooo...kumpul ke sini....kumpul ke sini....".
            Mendengar ajakan  Pak Sapi maka semua hewan menghentikan aktivitas bermainnya. 
Mereka keheranan. "Ada apa nih kok Pak Sapi menyuruh kita berkumpul ?".
           Namun, tidak begitu lama, seluruh hewan sudah mendekati pak Sapi. Ada anak sapi, anak kambing, Kerbau, si Pus Meong, si Imut Kelinci, dan siJerapah.
        "Hemmm...ada apa sih Kok kita disuruh kumpul, Pak Sapi ?" tanya si Imut Kelinci membuka pembicaraan.
        "Iya...nih Pak Sapi...mengganggu keasyikan kita bermain saja," sela anak kambing.
        "Padahal kita lagi main petak umpet yaaa," sela anak kelinci. 
        "Yaaa...akhirnya teman-teman yang masih sembunyi ikut keluar semua dech."
        "Bahkaaaan... aku tadi sudah melepas baju hendak berenang di sungai....yaa...akhirnya batal dech aku berenang..." kata pak kerbau.
         Pak Sapi tersenyum mendengar keluh kesah teman-temannya. Walaupun mereka merasa dongkol terhadap Pak Sapi tetapi mereka tidak mau melanggar perintahnya.
       "Aku minta pengertianmu ya, teman-teman," kata pak sapi memulai perkataannya   
       "Aku akan mengabarkan berita gembira buat kalian. Sebenarnya berita gembira ini buat kalangan manusia, tapi tidak ada salahnya kalau kita ikut bergembira juga."
      "Memangnya ada apa sih, Pak Sapi? Apakah kita akan mendapat hadiah istimewa yaaa?"
      "Barangkali kita akan diajak rekreasi gratis yaaaa, Pak Sapi?!"
      "Atau kita akan mendapat makanan istimewa? Mungkin  kita akan mendapat bakso, cwimie, rujak cingur, pangsit mie, es krim, nasi rawon....wuaaah enak tenan itu, Pak Sapi."
        "Hemmm....tenang..tenang...dengar dulu  kabar gembira yang akan aku sampaikan," sela Pak Sapi.
       "Teman-teman...di kampung kita sekarang akan mendapat pemimpin yang baru. Konon katanya, pemimpin kita  ini amat merakyat lho. Orangnya sabar. Dia lebih suka mendengarkan keluh kesah warga. Bahkan dia amat mencintai lingkungan dan suka akan kebersihan. Orangnya jujur dan semua warga amat senang bila bisa duduk bersama pemimpin yang baru ini."
        "Memangnya  ada hubungan apa dengan kita, Pak?"
        "Iya...dari dulu yang namanya pemimpin ya memang harus punya sifat begitu, Pak Sapi," kata Pak Jerapah.
        "Seorang pemimpin itu harus punya sifat amanah, cerdas, bisa melindungi rakyatnya, peduli sama kaum bawah termasuk makhluk Tuhan seperti kita-kita ini. Seorang pemimpin itu bukanlah seseorang yang suka obral janji, sombong, takabur, bermulut manis, seakan-akan peduli sama kaum bawah hanya disaat mereka butuh dukungan saat berkampanye, tetapi saat dia terpilih menjadi seorang pemimpin mereka tidak bisa merealisasikan janji-janjinya  , iya khan?"
        "Hehehehehe...iya juga sih...banyak yang bertingkah laku seperti itu, Pak Sapi!" gumam si Jerapah.
        "Benar..benar...benar....kami sudah muak dengan janji-janji melulu!"
        "Semua calon pemimpin tidak bisa dipercaya semuanya! Mereka itu dikatakan pemimpin SOJAM!" teriak si Kelinci.
        "Wuahhh ada-ada saja pemimpin SOJAM? Apa maksudnya, adik kelinci?"
        "Pemimpin SOJAM itu adalah singkatan dari pemimpin yang Suka Obral Janji Melulu!"
         "Hahahahahaha....hahahahhaha...hahahahahaha....Pemimpin SOJAM" teriak semua hewan sambil tertawa terpingkal-pingkal.
         Pak Sapi ikut tersenyum mendengar ada istilah baru tentang jenis pemimpin. 
         "Teman-teman..." kata pak sapi kemudian. 
         "Kali ini Pemimpin kita berbeda. Dia amat merakyat. Dia disenangi rakyat. Dia cerdas. Berbudi luhur. Dia mau mendengar keluhan seluruh warganya. Dia adil tidak pandang bulu siapa salah akan dihukum. Coba lihat sungai di depan kita ! Dulu sungai ini kotor dan berbau, tetapi berkat pemimpin kita maka sungai ini menjadi bersih, ikan-ikan bisa berenang bebas tanpa takut meminum air polusi dan kini kita bisa berenang di sini lagi, khan?"
          Semua hewan membenarkan apa yang dikatakan pak sapi.  Bersihnya sungai adalah salah satu bukti nyata kepemimpinannya.
         "Teman-teman....sebentar lagi kita juga akan menikmati hari dimana kita bebas berjalan di jalan raya tanpa takut menghirup polusi asap. Hari itu tidak ada lagi produksi asap dari kendaraan bermotor. Hari itu semua kendaraan bermotor tidak boleh berkeliaran berjalan di jalanan. Hari itu diharapkan udara di daerah ini benar-benar bersih. Tidak ada asap polusi yang ada di udara kita. Dan yang terpenting kita bebas bermain di jalan raya, bebas berjalan-jalan di jalan raya. Kita hanya diperkenankan naik sepeda. Hari itu kita akan menikmati kedamaian dan bersihnya udara."
          "Horeeee....horeeee....horeeee......kita bebas berjalan-jalan di jalan raya tanpa takut diserempet kendaraan bermotor. Kita bebas berjalan di jalan raya tanpa takut ditabrak mobil. Horeeee...horeee...."
          "Lalu kapan itu akan dilaksanakan , Pak Sapi?" tanya beruang.
          "Pelaksanaannya disesuaikan dengan hari bebas polusi dunia yaitu setiap tanggal 22 September"
          "Horeee....kita akan keliling kota sambil naik sepeda saja, Pak Sapi," kata pak Kambing.
           "Horeee...wah enaknya diadakan setiap hari saja , Pak Sapi agar kita bisa sehat karena setiap hari udara menjadi bersih dan bebas polusi."
           "Wuahh...ya nggak bisa setiap hari, pak Jerapah," kata pak sapi.
           "Memang seharusnya setiap hari kita seminimal mungkin mengurangi asap polusi. Namun, kasihan juga dengan mereka yang menggunakan alat bermotor untuk aktifitas sehari-hari. Sehari tanpa polusi saya kira sudah mewakili dan memberi kesadaran bahwa memang udara yang bebas polusi sangat menyenangkan. Dan kita setidak-tidaknya menjadi sadar bahwa udara yang bersih itu adalah tanggung jawab semuanya."
            "Benar, pak sapi! MENJADIKAN UDARA BERSIH DAN BEBAS POLUSI ITU ADALAH TANGGUNG JAWAB BERSAMA TANPA TERKECUALI. Dan bila udara bersih bebas polusi maka kita juga yang merasakan kebaikannya."
            "Pak sapi, aku ingin bersepeda keliling kota di hari bebas polusi. Dan aku ingin mengajak semua teman-temanku. Bolehkan, Pak?" kata si kambing.
           "Iyaa...silahkan...silahkan kalian mau melakukan aktifitas apa saja di jalan raya atau dimanapun berada. Kalian akan bisa menikmati udara yang bersih tanpa ada polusi udara. Dan kalian pasti akan merasakan betapa nikmatnya udara pemberian Tuhan ini apabila tanpa diganggu atau tanpa tercemar oleh polusi."
            Dan semua hewan gembira dan tidak sabar ingin menikmati hari bebas polusi yang diselenggarakan oleh pemimpin baru mereka yang bukan pemimpin SOJAM lagi..
           "Hooreee....kita siap-siap menyambut hari bebas polusi dunia setiap tanggal 22 September...."






Thursday, October 15, 2015

SI LALAT YANG KURANG BERSYUKUR (oleh : aguskarianto)

gambar : agus karianto
   
       Pagi itu, di bawah pohon mawar ada seekor lalat sedang bersedih. Berkali-kali si lalat terbang  sambil memperhatikan seekor lebah sedang menghisap makanan dari bunga-bunga yang sedang mekar. Si lalat heran melihat para lebah  makan kok sambil bernyanyi.                                                                                    Sepertinya mereka bekerja dengan perasaan senang. Lebah-lebah itu bergantian hinggap dari bunga yang satu ke bunga yang lain. Kemudian seluruh makanan itu dikumpulkan pada sarang-sarang lebah.

       Siang itu, ada seekor lebah nampak kelelahan. Saat membawa makanan tiba-tiba kepalanya pusing. Dia akan istirahat di bawah pohon. Ketika si lebah akan merebahkan diri, dia dihampiri oleh seekor lalat. Si lebah kaget dan berusaha terbang menjauh. Namun karena tubuhnya masih lelah maka sebagian makanan yang digenggamnya jatuh akan menimpa tubuh si lalat.                      Si lalat terkejut dan berusaha menghindar, namun terlambat. Tubuhnya tertimpa makanan yang dibawa si lebah.
 
        " Aduuuuhhh!!!" teriaknya si Lalat. Makanan yang berupa cairan nectar itupun membuat sayapnya basah dan dia tidak bisa terbang. Si lalat mencoba membersihkan tubuhnya dari cairan nectar tersebut dengan mulutnya.

     "Heemm....nyam..nyamm..nyammm....," nampaknya si lalat menikmati nectar yang menimpa tubuhnya.
     "Wuaahhh... ternyata rasa nectar ini enak dan manis sekali yaaaa ... pantas si lebah ramai-ramai mendatangi bunga yang sedang mekar itu," demikian pikir si lalat. Dan ketika nectar di tubuhnya telah habis, si lalat menghampiri si lebah.

       "Hoiii lebah....lancang sekali kamu menjatuhi tubuhku dengan makanan yang kau bawa?!" bentak si lalat.

        "Lho kenapa kamu memarahiku, Lalat?" tanya si lebah.
        "Eeee...kura kura dalam perahu. Kamu pura pura tidak tahu yaaa... kamu ini  telah berbuat salah tapi mencoba berlagak tidak tahu! Memang si pelaku kesalahan itu bila ketahuan berbuat salah selalu berusaha berlagak bodoh untuk menghindari tanggung jawab dari kesalahannya," jawab si lalat sambil berkacak pinggang di hadapan si lebah yang kelelahan tadi.

        "Sungguh aku tidak tahu kesalahanku, kawan!" kata si lebah.
        Lalu si Lalat berucap : "Aku tadi sedang istirahat, tetapi kamu telah menjatuhkan makanan yang kau bawa ke badanku? Itulah kesalahan fatalmu !Tubuhku jadi lengket semua! Perbuatan Itu tidak sopan. Perbuatan itu tidak beradab. Itu perbuatan dosa."
        "Waaaah, maaf aku kawan. Aku tidak sengaja melakukannya. Tadi saat aku terbang, badanku masih terasa lelah. Aku teledor membawa makanan tersebut, sehingga tidak sengaja sebagian terjatuh dan menimpa tubuhmu.. Maaf ya kawaaan! Sungguh aku tidak sengaja melakukannya."

        "Maaf..maaf...maaf...enak betul ucapanmu! Kamu gak boleh lari dari tanggung jawab, ya? Tidak bisa!!! Aku mau minta ganti rugi...aku mau minta keadilan !" kata si lalat. "Aku bisa memaafkanmu asal kamu bisa memenuhi dua permintanku."

         Si lebah kebingungan dengan sikap si lalat. Memberi maaf kok ada syarat-syaratnya. Namun akhirnya si lebah menuruti saja kemauan si lalat. Dia tidak ingin terjadi pertengkaran. Dia cuma ingin mendapatkan permintaan maaf si lalat, maka si lebah menyetujuinya.
        "Lalu apa kedua syaratnya itu, kawan ?" tanya si lebah.
        "Pertama, kamu harus menyerahkan semua makanan yang kamu bawa kepadaku."
         "Kemudian yang kedua kamu harus memindahkan  sengatmu ke tubuhku," kata si lalat.
          Si lebah terkejut mendengar permintaan si lalat. "Ini mustahil dilakukan," pikir si lebah.
          Si lebah semakin kebingungan. Ia tidak tahu harus berbuat apa untuk memenuhi permintaan si lalat. Memindahkan sengat ke tubuh si lalat adalah suatu perkara mustahil yang sulit dilakukan. Mustahil. Mustahil!!! Tidak akan pernah terjadi.
           "Hei...malah bengong!" bentak si Lalat. "Kamu jangan terlalu banyak mikir ya. Ayo segera laksanakan permintaanku agar aku bisa memaafkanmu."

         Saat si lebah kebingungan menghadapi persoalannya, tiba-tiba muncullah si kancil. Si lebah merasa senang. Lalu dia menceritakan persoalannya serta berusaha meminta saran si kancil untuk bisa menyelesaikan permasalahannya.

         "Baiklah, kawan-kawan...," kata si Kancil. "Aku jangan diganggu. Aku mau berdo'a minta petunjuk Tuhan untuk menghadapi permasalahan kalian," kata si kancil. Lalu si kancil mulai berdo'a.
         Selesai berdo'a, lalu si kancil berkata kepada si lalat.
         "Memasang sengat lebah ke tubuhmu memang perkara sulit. Kamu harus ikut membantu si lebah melakukannya. Oleh karena itu, sekarang kamu harus berada di tengah tanah lapang dengan posisi menungging. Kamu tidak boleh bergerak sedikitpun. Apapun yang terjadi kamu harus tetap dalam posisi menungging agar si lebah bisa memasang sengatnya ke tubuhmu. Bagaimana? Kamu siap?" kata si kancil kepada si lalat. Si Lalat cuma bisa meangguk anggukan kepalanya tanda setuju.
        "Baiklah....aku percaya kepadamu, Kancil!" kata si lalat lalu terbang ke tengah tanah lapang dan mulai mengambil posisi menungging.

         Si lebah semakin kebingungan. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Ada cara licik apa lagi yang akan si Kancil lakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Lalu si kancil mulai membisiki si lebah untuk melakukan perintahnya. Si lebah tersenyum mendengar saran si kancil. Lalu si lebah mulai terbang tinggi. Dan dengan kecepatan tinggi dia terbang menghampiri si lalat yang sudah mengambil posisi menungging.
         "Crabbbb....sreeettttt...."
         "Aduuuuuuuuhhhhh sakiiitttt...aduuuhhh...sakiiittttt...sakiiittt....!!" teriak si lalat sambil lari tunggang langgang merasakan sakit di pantatnya akibat disengat lebah. Rupanya si kancil ingin memberi pelajaran si Lalat bahwa keserakahan bisa mencelakakan dirinya sendiri. Tidak mungkin sengat si lebah dipindahkan ke tubuh si Lalat karena itu sudah ketetapan Allah.
         "Kasihan si lalat....akibat keserakahan dan kurang bersyukur dengan apa yang dimilikinya akhirnya menuai akibat dari perbuatannya sendiri. " kata si kancil sambil berjalan melanjutkan perjalanan.

                                                                      selesai


moral cerita : bersyukurlah dengan apa yang telah dikaruniakan Tuhan kepadamu
                       jangan berusaha iri dengan apa yang telah dimiliki temanmu
                       Belum tentu apa yang dimiliki temanmu itu baik buat dirimu sendiri.




Friday, October 31, 2014

ULAT BULU YANG MAU SEKOLAH (oleh : aguskarianto)

ilustrasi : aguskarianto


          Pagi itu, si Ulat Bulu berjalan cepat-cepat menuju SD Inpres. Dia ingin sekolah. Dia ingin pintar seperti teman-temannya. Dia tidak mau menjadi bodoh sehingga mudah dibohongi teman-temannya. "Tidak enak rasanya menjadi bodoh itu. Pokoknya aku harus sekolah, " demikian kata si Ulat Bulu dalam hati.
          Namun, sayang setiap kali ia memasuki sekolah maka spontan seluruh murid ketakutan. Mereka berlarian menjauhi si ulat bulu. Mereka tidak mau mengambil resiko. Mereka takut badan mereka menjadi gatal-gatal terkena bulu-bulu dari si ulat bulu. Dan hal ini membuat si ulat bulu sedih. Karena semua murid tidak mau berteman dengannya. Semua murid senantiasa lari menjauh bila di dekati si ulat bulu. Bahkan yang paling menyedihkan si ulat bulu bahwa setiap sekolah yang didatanginya selalu menolak dia bersekolah di sana.. Berbagai alasan yang dikemukakan pihak sekolah. Bangkunya sudah penuh. Sekolah tidak menerima binatang. Bahkan yang paling menyedihkan yaitu teman-temannya selalu mengejeknya sebagai binatang yang menjijikkan. Tubuhnya mengandung racun gatal. Akhirnya si ulat bulu pulang dengan perasaan bersedih.
           Walaupun banyak sekolah yang menolak dia menjadi muridnya, namun si ulat bulu tetap bertekad ingin sekolah. Ia terus mencari dan memasuki setiap sekolah agar dirinya bisa diterima sebagai murid. Berpuluh-puluh sekolah yang telah dia masuki, namun tidak satupun yang menerima menjadi muridnya. "Aku tidak boleh putus asa," kata si ulat bulu.
           Di tengah jalan, si ulat bulu bertemu si kancil. Si kancil tertawa terbahak-bahak melihat penampilan si ulat bulu. Si ulat bulu nampak terseok-seok membawa tas sekolah di punggungnya.
          "Hahahahaha...hahaha..hahahahaa...woi mau sekolah nih yeee!!" ledek si kancil. "Hahaha..memangnya sekolah mana yang mau menerimamu menjadi muridnya?"
          "Kamu jangan menghinaku seperti itu, Kancil," jawab si ulat bulu.
          "Siapa yang menghina...memangnya kenyataan khan? Semua sekolah menolaknya khan?!"
          "Iya, memang sampai sekarang aku belum dapat sekolah. Tetapi aku tidak mau berputus asa. Aku masih memiliki harapan besar pasti ada sekolah yang mau menerimaku menjadi muridnya. "
          "Hahahaha...urungkan saja niatmu, Si Ulat Bulu. Percuma! Sampai kiamat pun pasti tidak ada satu sekolahpun yang mau menerimamu menjadi muridnya."
          "Tapi. cill....huhuhu...huhuhu..huhuhu...," kata si ulat bulu bersedih dan mulai menangis. "Aku ingin sekolah..aku ingin pintar..aku tidak mau jadi bodoh yang bisa mudah dibohongi teman-teman lagi..huhuhu..huhuhu...huhuhuhuu."
           Si kancil terharu melihat si ulat bulu bersedih. Ia kagum terhadap semangat pantang menyerahnya.
            "Wuuuaaahh...kamu jangan bersedih begitu, teman," kata si kancil menghibur si ulat bulu.
            "Sebenarnya nenek moyangmu sudah meninggalkan ilmu yang sangat tinggi yang tidak aku miliki. Ilmu itu ada pada setiap lembaran daun muda yang kamu makan. Setiap lembaran daun muda berisi ilmu yang hebat. Itulah ilmu kehidupan. Aku sendiri tidak bisa memilikinya."
           "Ah, kamu meledekku, ya?"
           "Lho, ini benar, teman. Cobalah makan sampai kamu kenyang daun muda itu, maka kamu akan spontan masuk kedalam kepompong untuk berpuasa dalam beberapa hari. Nah, kalau sampai waktunya maka kamu akan keluar kepompong sambil membawa sepasang  sayap. Kamu bisa terbang kemanapun kamu suka. Dan kamu bebas menghisap madu-madu berkualitas tinggi pada sari bunga, lalu kamu tumbuh dewasa dan kawin lalu bertelur untuk menjadi ulat lagi. Begitulah seterusnya. Itulah ilmu hebat yang tidak aku miliki."
            "Ah, kamu bohong, Cil! Kamu mau menipuku ya? Mana ada ilmu yang tertulis pada lembaran-lembaran daun muda. Bohong!"
            "Lho, kenapa harus bohong? Bohong itu dosa. Aku tidak mau menambah dosa dalam hidupku. Aku takut terhadap hukuman Allah SWT bila banyak berbohong."
            "Tapi gak masuk akal mana mungkin pada setiap lembaran daun muda berisi ilmu yang hebat?" kata ulat bulu.
            "Begini ulat bulu, sebenarnya kamu itu sudah pandai. Kamu itu cerdas. Tanpa kamu sadari, ilmu itu sebenarnya sudah melekat pada nalurimu untuk kelangsungan kehidupan di alam semesta ini. Tanpa ada kepandaian darimu maka kami tidak akan bisa menikmati indahnya bunga yang mekar berwarna-warni. Kami tidak bisa menikmati manisnya rasa buah mangga, nanas, markisa, dan buah-buahan yang lain. Dengan kepandaianmu, tumbuhan bisa berkembangbiak dan menghasilkan buah yang segar. Saat kamu mengambil madu dari setangkai bunga maka kamu ikut membantu penyerbukan tumbuhan. Dan selanjutnya tumbuhan akan menghasilkan buah-buahan yang segar-segar"
            Si ulat bulu serius mendengarkan kata-kata si kancil. Dia sampai meneteskan airmata. Dia tidak menyangka bahwa kepandaian yang telah dimiliknya ternyata sungguh luar biasa. Dia selama ini kurang mensyukurinya. Dia terlalu melihat kelebihan teman-temannya sehingga merendahkan potensi yang telah dimilikinya. Tuhan ternyata memberikan kelebihan setiap makhuknya berbeda-beda.                                                 "Jadi menuntut ilmu bukan untuk gaya-gayaan. Punya ilmu bukan untuk tujuan pamer kecerdasan kepada teman-temanmu. Tapi berilmulah untuk bisa bermanfaat bagi berlangsungnya kehidupan di dunia ini. Berilmulah agar dirimu bisa bermanfaat bagi semua teman-temanmu. Itulah sebenarnya hakekat memiliki ilmu."
            Akhirnya, si ulat bulu tidak bisa menyembunyikan rasa gembiranya. Dia berteriak lantang-lantang di hadapan si Kancil : " TERIMA KASIH TEMAN, AKU AKAN MENGGUNAKAN ILMU YANG KUMILIKI UNTUK BISA BERMANFAAT BAGI SEMUA TEMAN-TEMANKU."
            Si Kancil tersenyum sambil berjalan pergi meninggalkan si ulat bulu yang kini sudah bisa tertawa lagi.

Saturday, May 3, 2014

KISAH SI KERA DAN SI KUCING (oleh : aguskarianto)



         


         
edit : aguskarianto
Hutan terbakar. Asap menyebar kemana-mana. Siapapun yang kena asap maka matanya terasa pedih dan saluran pernafasannya sakit sulit bernafas. Dampak kebakaran hutan juga dirasakan oleh si Kera. Kedua matanya terasa pedih dan pandangannya kabur. Akibatnya, dia sulit membedakan benda-benda yang ada di sekitarnya.     
          Selain itu, dia sedih karena anaknya lepas dari gendongan. Dia kesulitan membedakan anaknya dengan hewan-hewan lainnya. Setiap ada hewan yang lewat dihadapannya selalu ditangkap karena menyangka itu anaknya. Namun,  ketika mendengar suara hewan yang ditangkap berbeda dengan suara anaknya maka segera melepaskannya lagi.
        Sepanjang hari, si kera tanpa rasa lelah mencari anaknya. Sambil menangis dan merayap-rayap ke tengah hutan dibawah asap yang semakin tebal ia terus mencari keberadaan anaknya. 
                                                                 ***   
          Kebetulan tidak jauh dari tempat tersebut ada seekor kucing. Si kucing juga merasakan matanya pedih kena asap. Ketika ia merayap-rayap mencari jalan untuk menjauhi hutan, tiba-tiba tubuhnya ditangkap  si Kera. 
         Si kucing terkejut. Tiba-tiba tubuhnya dirangkul dan dipeluk erat-erat oleh si Kera. Lalu si Kera yakin kalau yang ada di gendongannya adalah anaknya yang hilang.
         Tentu saja si kucing ketakutan. Dia tidak mau berteriak dan mengeluarkan suara. Dia takut jika ketahuan bahwa dirinya kucing maka si Kera akan marah dan akan melukai dirinya. 
         Akhirnya, dia diam saja digendong si kera. Ia tidak mengeluarkan suara sama sekali. Semua perlakuan si kera dituruti saja tanpa berani melawannya. Apalagi si kera senantiasa memeluk dan menggendong si kucing kemana saja dengan penuhkelembutan.
        “Astaghfirullahaladziem ...aku ingat kamu belum makan, ya anakku?” kata si Kera sambil mengambil setandan pisang. 
          Lalu, satu per satu pisang dibuka dan dimasukkan ke mulut si kucing. 
          Si kucing terkejut. "Pisang bukan makananku," pikir kucing. Ia enggan disuruh makan pisang. Ia berniat berlari dari rangkulan si kera namun tidak bisa, karena rangkulan si kera terasa kuat ke tubuhnya. 
        Akhirnya, si kucing mencoba diam dan bersabar. Mula-mula ia mau saja diberi sepotong pisang. Namun, setiap potongan pisang yang telah masuk ke dalam mulutnya segera dimuntahkan. Hal ini dilakukannya berkali-kali sampai  pisang yang ketiga  
        Namun, lama-lama kesabarannya habis. Ketika si kera akan menyuapi dengan pisang yang keempat maka ia nekad dan spontan berteriak  :  “Meooong....Meooong...Meooongg” 
          Betapa kaget si kera. Ternyata hewan yang digendongnya  bukan anaknya melainkan hanyalah seekor kucing. Karena terkejut ia melemparkan dan membanting si kucing ke atas tanah agar pergi sejauh-jauhnya. 
          "Aduuuuhhh...Meooooonngg..meoonggg.... meonnggg....sakiittt'" teriak si kucing sambil lari menjauh.
         “Huuhuhuhuhuhuhu...ternyata anakku benar-benar hilang,” kata si kera sambil menangis sesenggukan.
          Si kucing merasa iba mendengar kesedihan si kera. Sambil berlari menjauh dia berjanji akan membantu mencari anak si kera yang hilang.
         “Terima kasih kawan. Semoga kebaikanmu dibalas yang setimpal oleh Allah swt,” kata si kera.




Selesai



Sumenep, 3 Mei 2014